Lepas Dari Jerat Perselingkuhan dan Perzinahan
1 Korintus 6:18 memberikan peringatan yang sangat jelas yang
kepada kita: Jauhkanlah dirimu dari percabulan!" Namun pada kenyataannya
banyak dari kita justru merasa tidak perlu buru-buru lari darinya.Kita merasa
peringatan ini hanyalah untuk orang Kristen yang lemah imannya. Sehingga
bukannya menjauhinya, kita bermain-main sedikit di dalamnya, berpikir bahwa
kita sanggup bertahan. Hati-hati! "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa
ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" (1 Kor 10:12) Ya,
banyak orang yang jatuh dalam dosa perzinahan awalnya juga berpikir bahwa
mereka kuat sampai akhirnya mereka kemudian terseret dan jatuh. Ingin terhindar
dari perselingkuhan dan perzinahan? Mari jauhkan diri dari godaan, yang
biasanya melalui 4 tahap berikut ini.
1. Pikiran Yang Tidak Terjaga
Ini adalah tahap dimana kita mulai berandai-andai tentang
sesuatu yang ada hubungannya dengan orang lain. Anda bertanya-tanya seperti:
"Apakah menurutnya saya menarik?" atau "Saya harap dia nanti
duduk dekat saya saat rapat." Atau mungkin anda berusaha memanipulasi
jadwal dan kegiatan Anda agar lebih sering bertemu dan berkomunikasi dengannya.
Jika ini diteruskan, emosi Anda akan berkembang, fantasi yang salah akan makin
mengakar, Dan Anda akan memikirkan orang lain yang bukan pasangan dalam suasana
romantis atau seksual.
Solusi: Jika pemikiran-pemikiran yang tidak benar mulai
muncul dalam kepala, jangan biarkan pikiran tersebut bersemayam dalam waktu
lama. Segera bawa diri menjauh dari keadaan-keadaan yang menggoda. Ikuti
nasihat dalam Amsal 7:25: "Janganlah hatimu membelok ke jalan-jalan
perempuan itu, dan janganlah menyesatkan dirimu di jalan-jalannya." Lalu,
gantilah pikiran itu dengan semua yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap
didengar, semua kebajikan dan patut dipuji, seperti yang Tuhan inginkan (Fil
4:8).
2. Hati yang Tidak Terjaga
Ini adalah tahap dimana emosi mulai bergerak liar dan Anda
mulai berbohong terhadap diri sendiri (mis. Anda berkata kepada diri sendiri
bahwa Anda pantas bahagia). Anda mungkin mulai membangun ikatan emosional
dengan orang lain dengan membuat alasan agar bisa menghabiskan lebih banyak
waktu bersama. Anda mungkin melakukan hal-hal yang dapat membuatnya senang.
Misalnya, jika dia berkata suka warna biru, maka Anda mulai lebih sering
memakai baju warna biru. Atau jika dia berkata dia suka satu barang tertentu,
Anda mengusahakannya dan memberikannya.
Solusi: Minta Tuhan untuk membantu mengendalikan emosi dan
memberikan Anda hati yang bersih, yang condong kepada-Nya. Mendekatlah kepada
Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu
orang-orang berdosa! Dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati! (Yak
4:8).
Selain itu, pertimbangkan juga konsekuensinya jika hal ini
berlanjut: pasangan yang terluka, hilangnya rasa hormat anak-anak, rekan dan
kerabat kepada Anda, serta kerugian finansial.
3. Mulut yang tidak terjaga
Pada tahap ini, seseorang sudah melibatkan rayuan-rayuan
verbal. Mungkin Anda sudah memberikan atau merespons pujian-pujian seperti:”
Kamu banyak kemiripannya denganku.” Atau “Ketika di dekatmu, rasanya yang lain
cuma mengontrak.” Kemudian rayuan yang biasa itu semakin berkembang menjadi
seperti: “Andai saya belum menikah, kamu pasti jodohku.” Atau “Andai saja kita
dulu bertemu lebih cepat.” Setelah itu, tahap selanjutnya Anda mulai
menjelek-jelekkan pasangan: “Suamiku tidak pernah memujiku.” Atau “Istriku
memperlakukanku seperti teller bank.”
Solusi: Fokus pada hal-hal positif dalam pernikahan Anda dan
cobalah untuk memuji pasangan setidaknya sekali sehari. Sadarilah bahwa setiap
rayuan yang Anda terima atau kirim melalui apapun medianya bisa saja dibaca
oleh orang lain. Jika tidak mau mendapat malu, jangan mengetiknya atau
menerimanya. Daripada menggunakan mulut untuk hal seperti itu, gunakan mulut
untuk membangun pernikahan Anda sendiri. Janganlah ada perkataan kotor keluar
dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana
perlu, supaya mereka yang mendengarnya,
beroleh kasih karunia. (Ef 4:29).
4. Tubuh yang Tidak Terjaga
Ini adalah tahap dimana perzinahan emosi telah berubah
menjadi perzinahan fisik. Jika sebelumnya hanya melibatkan kata-kata, kini
relasinya sudah melibatkan kontak fisik. Beberapa orang berkata bahwa
perzinahan itu terjadi saat dua orang yang bukan pasangan yang sudah diberkati
di hadapan Tuhan, melakukan hubungan intim. Ini tentu tidak benar, karena
segala macam kontak, sekecil apapun itu, dengan seseorang yang bukan pasangan
dan dilandasi atas dasar rasa suka (antara pria dan wanita), itu juga adalah
perzinahan.
Solusi: Jika sikap Anda sudah melewati batas, hentikan semua
kontak dengan orang tersebut, akui dosa Anda, dan minta pengampunan Tuhan serta
bertobat. Berjanji untuk membersihkan semua kecemaran jasmani dan rohani (2 Kor
7:1) sehingga benar-benar Anda dapat mempersembahkan tubuh Anda sebagai
persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah (Roma 12:1).
Ya, dalam prosesnya memang ada harga yang harus dibayar
untuk menjauhi godaan. Namun, coba renungkan sejenak dan pertimbangkan lebih
mahalnya harga yang harus Anda bayar jika Anda menyerah pada godaan satu ini.
Pertimbangkan dampaknya terhadap Kristus, keluarga, dan bagi kesaksian Kristen
Anda, serta rasa sakit yang akan Anda sendiri dan orang-orang yang Anda sayangi
rasakan.
Diambil dari Renungan Harian Spirit Februari 2014
No comments:
Post a Comment