Popular Posts

Showing posts with label Yesus / Jesus. Show all posts
Showing posts with label Yesus / Jesus. Show all posts

Saturday, December 26, 2015

Menilik Kembali Asal Mula Perayaan Natal

Tanggal 25 Desember, dunia merayakan Hari Natal. Perayaan tersebut dianggap memperingati kelahiran Yesus Kristus. Namun, benarkah Yesus lahir pada tanggal tersebut? Lalu, bagaimana perayaan Natal di masa gereja mula-mula? Bagaimana pula asal-usul pernak pernik Natal, seperti pohon Natal? Simak sejarah Natal berikut!

Sejarah Singkat Perayaan Natal

Awalnya, perayaan Natal diperkirakan berasal dari festival Romawi dan negara Eropa lainnya yang menandai akhir masa panen dan masa titik balik matahari di musim gugur. Menurut sejarah awal Romawi, penentuan tanggal 25 Desember sebagai masa awal kelahiran Yesus Kristus dilakukan pada abad ke-4. Beberapa kebiasaan dari perayaan yang masih bertahan sampai saat ini termasuk mendekorasi rumah dengan tumbuh-tumbuhan hijau, pemberian hadiah, menyanyikan lagu-lagu dan menyiapkan masakan istimewa.

Kaum Puritan beranggapan bahwa Natal bukan bagian dari Kekristenan. Mereka tidak menemukan 25 Desember sebagai tanggal kelahiran Yesus di Alkitab dan berkeras bahwa tanggal tersebut diperoleh dari masa perayaan musim dingin kaum penyembah berhala di Roma kuno, Saturnalia. Pada tahun 1620, Kaum Puritan bekerja dalam proyek pembangunan dan dengan terang-terangan mengabaikan perayaan Natal.

Pernyataan bahwa perayaan Natal mengalihkan orang dari kesalehan religius berlanjut sampai Puritanisme menyusut. Pada tahun 1827, seorang Uskup Episkopal menyatakan bahwa Iblis telah mencuri Natal dan membuatnya menjadi suatu festival duniawi yang dirayakan dengan minum-minuman keras dan berbicara kasar. Sepanjang tahun 1800, banyak pemimpin religius yang masih berusaha untuk bertahan pada hal itu.

Masa liburan tersebut dikembangkan lebih lanjut dari legenda Santo Nicholas. Meskipun sejarah tidak mengkonfirmasi hal ini, orang yang dianggap Santo Nicholas hidup pada abad ke-4 dan dipercaya sebagai seorang uskup di Asia Kecil. Banyak peristiwa ajaib seputar dirinya yang diragukan, namun demikian, beberapa negara tetap memakai namanya sebagai santo pelindung mereka. Ia dianggap sebagai santo pelindung dari anak-anak, pelaut dan kaum miskin.

Untuk menghormatinya, Festival Santo Nicholas diadakan pada tanggal 6 Desember dan hadiah-hadiah diberikan pada malam sebelumnya. Tradisi ini kemudian berkembang di banyak negara Eropa di abad ke-12. Akhirnya, karena Hari Santo Nicholas dan Hari Natal sangat berdekatan, tradisi keduanya pun dikombinasikan.

Santo Nicolas memiliki berbagai karakter di negara-negara tertentu. Contohnya, Belanda memiliki Sinter Klaas; Father Chrismas yang memberikan hadiah di Inggris Raya; Père Noël melakukan hal yang sama di Perancis; dan di Jerman terdapat Santo Nicholas yang memiliki banyak nama termasuk Klaasbuur, Burklaas, Rauklas, Bullerklaas, dan Sunnercla, meskipun Father Christmas juga menjadi popular. Di Amerika Serikat, nama Sinter Klaas menjadi Santa Claus.

Natal meraih popularitas saat berubah menjadi perayaan domestik, setelah publikasi Clement Clarke Moore "Kunjungan dari Santo Nicholas' dan gambar Thomas Nast di Harper's Weekly, yang menggambarkan gambaran Santa dengan janggut putih yang memberikan hadiah bagi anak-anak. Penekanan baru ini mengurangi kekuatiran para pemimpin religius bahwa perayaan itu akan berakhir dengan minum-minum dan berserapah.

Asal Kata

Kata Natal (Christmas) di Inggris Kuno berasal dari kata Cristes Maesse, Misa Kristus, pertama kali ditemukan pada tahun 1038, dan Cristes-messe, pada tahun 1131. Di Belanda adalah Kerst-misse, dalam bahasa Latin Dies Natalis, yang membuat Noël dalam bahasa Perancis, dan bahasa Itali Il natale; dalam bahasa Jerman Weihnachtsfest, dari suatu upacara sakral kuno.

Asal Usul Pohon Natal

Pohon Natal merupakan hiasan yang hampir selalu ada di setiap perayaan Natal. Tradisi ini juga memiliki banyak cerita tentang asal usulnya, antara lain berikut ini.

Orang Romawi mendekorasi rumah mereka dengan cabang pohon evergreenselama tahun baru dan penduduk asli kuno dari Eropa Utara memotong batang pohon evergreen - simbol kuno bagi kehidupan di tengah musim dingin - dan menanamnya di dalam rumah.  Praktek ini diikuti oleh sebagian orang Kristen mula-mula yang merasa perlu menghormati orang Romawi. Namun, banyak orang Kristen mula-mula, seperti Tertullian yang memusuhi praktek seperti itu. Kemudian, pada masa awal Abad pertengahan muncul sebuah legenda yang menceritakan bahwa saat Kristus lahir di akhir musim dingin, setiap pohon seluruh dunia secara ajaib meluruhkan es dan salju di cabang pohonnya dan memproduksi cabang baru yang hijau.

Pada saat yang sama, misionaris Kristen berkotbah pada orang Jerman dan Slavia mengambil pendekatan yang lebih toleran dari praktek kebudayaan. Para misionaris ini percaya bahwa Sang Inkarnasi memproklamirkan ketuhanan Yesus atas segala simbol yang awalnya digunakan untuk menyembah para dewa pagan. Hal ini tidak hanya berlaku bagi manusia secara individual, tetapi juga terhadap kebudayaan, simbol-simbol dan tradisi yang telah berubah. Tentunya, hal ini tidak berarti mereka bertoleransi terhadap penyembahan dewa-dewa pagan.

Tidak ada catatan jelas tentang pohon yang digunakan sebagai simbol Natal sampai pada Abad Pencerahan - berawal dari Latvia pada tahun 1510 dan Strasbourg tahun 1521. Legenda juga mencatat Martin Luther dengan penemuan pohon Natal, tetapi cerita tersebut memiliki sedikit dasar sejarah. Menurut legenda lainnya, misionaris abad ke-8, Boniface, setelah memotong sebuah pohon oak yang disakralkan bagi dewa pagan Thor (dan digunakan untuk pengorbanan manusia), menunjuk sebuah pohon cemara sebagai simbol kasih dan belas kasihan Allah.

Teori yang paling dapat dipercaya di balik kemunculan pohon Natal di abad ke-16 berhubungan dengan sebuah permainan drama di Abad Pertengahan. Drama tersebut mulai menjadi bagian dari liturgi gereja. Tetapi, di akhir Abad Pertengahan, drama tersebut semakin kasar dan didominasi oleh orang awam serta mengambil tempat di ruangan terbuka. Drama tersebut memperingati hari kelahiran (Nativity) terhubung dengan cerita penciptaan - karena Malam Natal juga dianggap sebagai hari festival Adam dan Hawa. Sebagai bagian dari drama itu, Taman Eden disimbolisaskan sebagai pohon firdaus yang digantungi buah.

Pada abad ke-16, drama tersebut dilarang di banyak tempat. Karena itu lah mungkin orang-orang memasang pohon firdaus di rumah mereka sebagai kompensasi karena mereka tidak lagi dapat menikmati permainan drama tersebut. Pohon Natal mula-mula (atau cabang pohon hijau) digunakan di rumah mengacu sebagai firdaus. Mereka sering digantungi dengan wafer yang mensimbolisasi Ekaristi, yang dikembangkan menjadi ornamen kue-kue yang mendekorasi pohon Natal di Jerman saat ini. Deskripsi detail pertama pohon seperti itu bertanggal pada 1605.

Kebiasaan tersebut meraih popularitas sepanjang abad 17-18, melawan protes berbagai pendeta. Pendeta Lutheran, Johann von Dannhauer contohnya, mengeluhkan (seperti Tertullian) bahwa simbol tersebut mengalihkan perhatian para pemercaya dari "pohon hijau" yang sesungguhnya, Yesus Kristus. Tetapi hal ini tidak menghentikan banyak gereja untuk memasang pohon Natal di dalam tempat ibadah mereka. Bersama dengan pohon itu, pohon sering kali berbentuk piramid kayu - rak-rak lemari berisi lilin-lilin, kadang satu bagi setiap anggota keluarga. Akhirnya, piramid dari lilin-lilin inilah yang ditempatkan di pohon.

Pohon Natal hanya menjadi umum di negara berbahasa Inggris di abad ke-19, dipopulerkan di Inggris oleh Ratu Victoria dan diperkenalkan di Amerika oleh imigran berbahasa Jerman. Saat ini, pohon Natal dijadikan jembatan antara arti perayaan Kristen dan ekspresi sekularnya.

Berikut fakta-fakta Natal :


- Beberapa orang Kristen merayakan kedatangan Yesus Kristus pada tanggal 6 Januari, Epifani, yaitu saat Ia dipercayai dibabtis.

- Lagu "Dua Belas Hari Natal" (The Twelve Days of Christmas) mengacu pada 12 hari antara Natal dan Epifani.

- Kata Xmas lebih sering digunakan daripada Natal. Di bahasa Yunani, X adalah huruf pertama dari nama Kristus.

- Pada tahun 1969, gereja Katolik Roma mengeluarkan Festival Santo Nicholas dari kalendernya karena masa hidupnya tidak terdokumentasikan.

- Sinterklas secara umum digambarkan sebagai seorang kurcaci sampai tahun 1931, saat Coca-Cola menggambarkannya dalam iklan dalam ukuran manusia.

- Rudolph tidak menjadi rusa ke-9 Santa sampai tahun 1939 saat seorang penulis periklanan bagi sebuah department store Montgomery Ward menciptakannya.

Sumber : Jawaban.com

Tuesday, February 17, 2015

Mengasihi Firman-Nya

Hidup yang mengasihi Tuhan adalah hidup yang mengasihi apa yang Ia katakan. Ya, kita mengasihi Tuhan ketika kita mengasihi firman-Nya, yakni dengan:

1. Mengakui Kebenaran-Nya
Banyak isu berkembang di luar untuk menyerang kebenaran Alkitab. Bahwa Alkitab tidak konsisten, banyak celanya, dan hanya karangan manusia belaka. Bagaimana dengan kita sendiri? Jika kita memang mengasihi firman-Nya, maka dengan iman percaya tentu kita akan mengakuinya sebagai kebenaran yang tidak bersalah. Bahwa Alkitab memang ditulis manusia tapi atas wahyu dari Allah sendiri. Tidak mungkin kita berkata kita mengasihi-Nya namun di sisi lain kita curiga akan kebenaran firman-Nya.

2. Membaca Firman-Nya
Seberapa rindu kita membaca firman-Nya? Sungguh aneh rasanya jika kita berkata kita mengasihi-Nya namun tidak pernah memiliki keinginan untuk membaca "surat" dari-Nya dan malah selalu ada waktu untuk membaca koran, novel, majalah, dan lain sejenisnya.

3. Mempelajari Firman-Nya
Tidak sekadar membaca sambil lalu, kita juga seharusnya mempelajari firman-Nya jika kita memang mengasihi-Nya. Memang dibutuhkan waktu dan usaha lebih untuk melakukannya, sebab kita harus memperhatikan segala aspek dalam firman yang kita baca tersebut. Meski demikian, semakin kita banyak mempelajarinya, semakin banyak pula berkat yang akan kita dapatkan.

4. Merenungkan Firman-Nya
Setelah membaca dan mempelajari, maka kita juga perlu merenungkannya. Merenungkan adalah tindakan reflektif yang korektif. Merenungkan Firman-Nya berarti menanyakan pada diri sendiri mengenai apakah kita sudah melakukan apa yang sebelumnya kita pelajari. Jika belum, komitmen apa yang akan kita ambil. Namun jika sudah, apakah yang menjadi motivasi kita dalam melakukannya -- apakah semata untuk memuliakan-Nya atau ternyata ada maksud lain.

5. Memegang Teguh Prinsip Sola Scriptura
Prinsip Sola Scriptura (Hanya Alkitab) dari Martin Luther seharusnya menjadi prinsip hidup kita. Menjunjung tinggi prinsip ini berarti menjadikan Alkitab sebagai standar kebenaran; yang menjadi patokan kita untuk menguji segala doktrin Kristen dan dunia ini. Juga, yang kedua, menjadikan firman-Nya sebagai standar kehidupan; yang menjadi satu-satunya acuan kita dalam menjalani segala macam ranah kehidupan dan relasi (pendidikan, pekerjaan, rumah tangga, dan sebagainya).

8 Tanda Kita Tak Lagi Mengasihi-Nya

Dahulu kala, jemaat di Efesus sangat sibuk melakukan banyak hal bagi Tuhan. Meski demikian, Yesus justru berkata kepada mereka: " Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula." (Wahyu 2:4). Nah, bagaimana dengan keadaan kita? Jangan-jangan tanpa kita sadari, kita juga sudah kehilangan kasih mula-mula kita kepada Tuhan. Apa saja tandanya?

1. Jiwa Kita Tidak Merindukan-Nya
Kita tak lagi merasa perlu bersekutu dengan-Nya. Jangankan bersaat teduh, membaca firman-Nya secara rutin pun tidak lagi masuk dalam agenda sehari-hari. Padahal sebagai anak, sahabat dan mempelai-Nya (Matius 5:44-45; Yakobus 2:23; Yohanes 15:15 dan Wahyu 21:9), senantiasa mendekatkan diri pada-Nya adalah hal yang tidak bisa ditawar-tawar keharusannya (Yakobus 4:7-8).

2. Pikiran Kita Tidak Memuliakan-Nya
Apa yang mengisi benak dan pikiran kita, terutama pada saat kita sedang santai atau jauh dari rutinitas pekerjaan, sedikit banyak akan menunjukkan apakah kita masih mengasihi Tuhan atau tidak. Jika kita memang belum kehilangan kasih mula-mula kita kepada-Nya, tentunya kita tidak akan mengisi pikiran dengan hal-hal yang kotor dan tidak memuliakan-Nya (Filipi 4:8).

3. Beralasan: "Saya Hanya Manusia Biasa"
Bukankah kalimat itu sering kita ucapkan sebagai pembelaan diri ketika jatuh ke dalam dosa? Kita memang adalah manusia biasa, namun ini seharusnya yidak menjadi alasan ketidaktahanan kita terhadap godaan dosa. Sebab anugerah-Nya cukup untuk melindungi kita dari segala godaan dosa. Bukankah 1 Korintus 10:13 berkata bahwa segala macam pencobaan yang kita alami adalah pencobaan biasa? Yang dengan pertolongan-Nya akan dapat kita tanggung?

4. Tidak Ada Sukacita Saat Memberi
Baik untuk pekerjaan Tuhan atau untuk orang lain yang sedang membutuhkan, kita enggan memberi. Inilah salah satu tanda pasti bahwa kita sudah kehilangan kasih mula-mula kita kepada-Nya. Kemurahan hati adalah salah satu karakter ilahi. Hanya mereka yang dekat kepada-Nya dan mengasihi-Nya-lah yang memiliki karakter ini.

5. Tidak Mengasihi Sesama Manusia
Yohanes 13:34 berkata: "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." "Saling mengasihi" bukanlah nasihat, namun perintah yang akan dapat kita kerjakan bersama Roh Kudus yang ada dalam hidup kita. Sering cepat menghakimi orang lain, menyalahkan orang lain, dan melakukan hal-hal tak terpuji lainnya? Ingat kasih yang telah Tuhan berikan pada kita dan perintah-Nya untuk saling mengasihi (1 Yohanes 4:10-11).

6. Memandang Perintah-Nya sebagai Batasan
Bukannya memandang perintah-Nya sebagai ekspresi cinta kasih-Nya kepada kita, kita justru memandangnya sebagai batasan. Padahal bukankah segala perintah-Nya itu Ia berikan kepada kita untuk membawa kita kepada kebaikan dan menjauhkan kita dari yang jahat? Bukankah ketaatan akan perintah-Nya pada akhirnya akan mendatangkan kemerdekaan dan sukacita (Yohanes 8:31-32, 36)?

7. Mengutamakan Perkenanan Dunia
Dalam kehidupan sehari-hari, perkenanan siapakah yang kita utamakan: dunia atau Tuhan? Bila kita hanya mengejar perkenanan dunia supaya diterima, maka hidup kita sudah pasti tidak lagi mengasihi Tuhan. Ketika melayani, Yesus mengalami banyak penentangan dan penolakan karena ketaatan-Nya kepada Tuhan. Begitu jugalah kita saat kita memutuskan untuk menjadi warga negara kerajaan Allah (Yohanes 15:19).

8. Tak Bersaksi Tentang-Nya
Pada saat kita tidak lagi menceritakan kebaikan-Nya dan kebesaran-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita, pada saat itulah kita sudah kehilangan kasih kita yang mula-mula terhadap-Nya. Jika kita memang mengasihi-Nya, tentunya kita tidak segan untuk menyaksikan kebaikan-Nya.

Friday, February 6, 2015

Hi There!

English - Hi There! 

Page 2

Page 3

Page 4

Page 5

Page 6

Page 7

Page 8

Page 9

Page 10

Page 11

Page 12

Page 13

Page 14

Page 15

Page 16

Page 17

Page 18

Page 19

Page 20

Page 21

Page 22

Page 23
 
Hi There!
©2002 by Jack T. Chick LLC
 

21 Tanda Orang Yang Suam-suam Kuku by Pastor Kevin Shell


1. Tidak berdoa.

2. Saudara mengetahui Firman tetapi tidak benar-benar hidup di dalam firman.
3. Pikiran tentang MASALAH KEKEKALAN tidak lagi berada di hati saudara
4. Saudara menikmati dosa tanpa merasa bersalah.
5. Keinginan untuk hidup dalam kekudusan dan terpisah dari dunia tidak lagi menjadi gairah saudara.
6. Mengejar uang, harta dan posisi terlalu membayangi pengejaran Saudara terhadap KRISTUS.
7. Saudara dapat mendengarkan musik rohani yang memuliakan Tuhan dan musik duniawi yang memuliakan dosa dengan alasan dan pembenaran.
8. Saudara dapat mendengar orang-orang yang belum percaya mengejek gereja dan hal-hal kekal tanpa merasa sedih.
9. Kepedulian utama saudara adalah kesenangan dan kenyamanan saudara sendiri.
10. Saudara tidak lagi memiliki KELAPARAN YANG MENDALAM untuk TUHAN.
11. Saudara tidak lagi hidup dengan hati yang penuh dan bersyukur.
12. Saudara memiliki sedikit kepedulian terhadap jiwa-jiwa orang lain.
13. Saudara selalu melihat tingkat kerohanian diri sendiri dalam hal yang positif.
14. Saudara lebih peduli tentang doktrin hewan peliharaan Saudara daripada jiwa manusia
15. Olahraga, hiburan, mainan dan gadget menjadi berhala dalam hidup Saudara
16. Saudara lebih peduli dengan gambar luar Saudara daripada kenyataan batiniah Saudara.
17. Saudara memiliki kepala penuh pengetahuan Alkitab dan keras hati.
18. Saudara didorong oleh keinginan daging yang begitu besar. (Berbagai kecanduan - porno, dan dosa seksual lainnya, obat-obatan, alkohol, perjudian, dll)
19. Saudara mengagumi Firman Tuhan tapi tidak melihat betapa perlunya untuk berkomitmen serius mengikutinya.
20. Saudara pergi ke gereja untuk merasakan sesuatu, bukan untuk mendengar dan menanggapi.
21. Saudara sangat mengejar pengakuan manusia dan bukan dari Tuhan.
Karakteristik Gereja suam-suam kuku:

Gereja suam-suam kuku tidak akan membahas hal-hal berikut, jelas ada dalam Alkitab dan sering dibicarakan dalam Alkitab:
1.) Pertobatan

Gereja yang suam-suam kuku tidak akan berbicara tentang pertobatan karena terlalu keras. (Ini sejalan dengan ajaran palsu dan doktrin sekali diselamatkan tetap selamat [OSAS] yang mengatakan: jika Saudara menerima KRISTUS pada konferensi Billy Graham atau gereja Saudara yang dahulu, kemudian mengabaikan KRISTUS selama 30 tahun, pada hari Saudara mati--Saudara "akan baik-baik saja" karena Saudara sudah mengatasi bisnis 30 tahun yang lalu.) Pertobatan perlu dilakukan setiap hari karena kita terus menemukan hal-hal tentang diri kita yang melawan Alkitab yaitu bahwa kita keluar dari kehendak Tuhan-jadi sampai kita bersama Tuhan kita membutuhkan pertobatan -tidak pernah kita tidak membutuhkan pertobatan.

Matius 4:17Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" 

2.) BAPTISAN ROH KUDUS

Suam-suam kuku hanya akan berbicara tentang baptisan air-tetapi ada dua pembaptisan: baptisan air Yohanes (dilakukan oleh manusia) dan Baptisan KRISTUS yang sudah dibangkitkan adalah untuk membaptis dalam API dengan ROH KUDUS (dilakukan oleh ELOHIM SENDIRI).
Matius 3:11Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. 

3.) Pembebasan/Pelepasan

YESUS adalah semua hal tentang pembebasan. Bahkan, sekitar sepertiga dari pelayanan-Nya di bumi adalah tentang membebaskan orang-orang dari siksaan roh termasuk anak-anak dan Maria Magdalena. Gereja yang suam-suam kuku benar-benar menghilangkan pembicaraan tentang hal-hal seperti itu dari mimbar mereka dan membiarkan jemaat mereka tak berdaya melawan musuh yang mematikan.
Markus 9:25Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegor roh jahat itu dengan keras, kata-Nya: "Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!"

4.) KARUNIA ROH DARI ROH KUDUS

Gereja yang Suam-suam kuku tidak menginginkan apa-apa dari "kegerakan" Roh Kudus yang membawa bukti bahasa lain bersama-Nya, kesaksian kesembuhan, pemahaman Firman-Nya dengan membandingkan satu hal SPIRITUAL ke hal SPIRITUAL lain versus ajaran dan tradisi manusia. Sebaliknya, suam-suam kuku menganiaya orang-orang yang menerima karunia tersebut dan menghujat ROH KUDUS. Mereka tampaknya tidak memahami bahwa Saudara tidak dapat memiliki KRISTUS tanpa ROH KUDUS ...
1 Korintus 2:13Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh. 

5.) AJARAN AKHIR ZAMAN

Gereja yang Suam-suam kuku akan pergi jauh memutar untuk menghindari pembicaraan tentang "akhir zaman." Kenapa? Karena menjadi "siap untuk pengangkatan" akan menempatkan orang di tepi kursi mereka, berjaga-jaga dan merindukan KRISTUS dan gereja suam-suam kuku mengirimkan orang kembali fokus pada dunia, sehingga ketika orang meninggal atau ketika pengangkatan tiba mereka tidak siap untuk memberikan pertanggung-jawaban yang tepat untuk hidup mereka kepada TUHAN. Mereka percaya pada kebohongan bahwa KRISTUS tidak datang kembali sampai 30 tahun lagi atau lebih, karena mereka telah memutar balik kitab suci atau benar-benar menghapusnya dari ajaran mereka. Mereka telah mengabaikan bagian yang mengatakan: apabila kamu lihat hal-hal itu terjadi ... Cinta akan dunia adalah tuhan mereka.

Lukas 21:28 Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat." 

2 Timotius 4:8Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya. 

6.) Keintiman dengan Tuhan

Apakah Saudara ingat ketika seseorang berada di sekolah, ia benar-benar akan mengejar peringkat di kelas dan semua anak-anak yang lain akan marah karena mengubah perputaran peringkat? Nah itulah cara gereja suam-suam kuku terhadap orang lain yang menginginkan “Keintiman dengan Tuhan”. Meskipun Alkitab sudah jelas mengenai hal ini: Kasihilah Tuhan dengan segenap hati, pikiran, kekuatan, dan jiwa. Gereja suam-suam kuku ingin menutup, meremehkan orang-orang yang "mengejar TUHAN dengan segenap hati mereka" karena itu akan menggeser pengejaran mereka akan dunia dan apa saja yang berhubungan dengan duni. Tapi Saudara tidak bisa memiliki keduanya: Saudara mengasihi dunia dan semua yang ada di dalamnya atau saudara mengasihi Tuhan. Tapi saudara tidak mendapatkan keduanya ...

Matius 22: 36-38"Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.

Yakobus 4: 4Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah. 
 
Diambil dari mannadelivery.blogspot.com

Saturday, January 10, 2015

Asuransi Paling Terpercaya







Asuransi. Anda mungkin pernah atau sedang bingung menentukan asuransi mana yang akan Anda pilih. Masing-masing perusahaan asuransi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun, kalau Anda sekarang sedang tidak sibuk untuk diprospek, coba pertimbangkan asuransi yang satu ini:
 

PERUSAHAAN ASURANSI INI MENJAMIN: 
Kehidupan 
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang keka|." (Yohanes 3:16). Asuransi yang lain
mungkin memberikan sejumlah uang ketika Anda meninggal,namun mana ada asuransi yang memberikan jaminan hidup kekal setelah meninggal
Kesehatan
”Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu”(Mazmur 103:3). Asuransi lain memberikan bantuan sejumlah uang tertentu ketika Anda harus berobat, namun asuransi yang satu ini menawarkan mukjizat kesembuhan. Coba perhatikan, berapa banyak yang sudah mengalami mukjizat kesembuhan dari Tuhan? Percayakah Anda akan mengalaminya juga?

Kebutuhan Sehari-hari
“Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:19). Bingung dengan kebutuhan hidup sehari-hari? Tenang, asuransi ini akan menjamin segala keperluan Anda. Slogannya saja: “Jika burung pipit saja kupelihara, apalagi manusia.” Luar biasa, bukan?

Damai Sejahtera
"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” (Yohanes 14:27). Jaminan yang satu ini jelas tidak bisa diberikan oleh asuransi mana pun. Damai sejahtera dan ketenangan jiwa, rasanya ini jauh lebih berharga daripada harta sebesar apapun.
 
Perlindungan 
”Sebab Tuhan ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu, (Mazmur 91:9). Asuransi lain memang memberikan bantuan / ganti rugi, namun semuanya itu akan cair setelah Anda tertimpa musibah. Sedangkan asuransi yang satu ini menjaga Anda untuk tidak terkena masalah. Selangkah lebih maju, bukan?

Rumah
"Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu." (Yohanes 14:2). Bahkan meski di dunia Anda hanya mengontrak, kos, atau bahkan tidak punya rumah, dengan asuransi ini, Anda dijamin mendapatkan rumah pribadi di surga.
 
Ketidakmustahilan
KataYesus, Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah (Lukas 18:27). Yang ini juga tidak dimiliki oleh asuransi lain. Mana ada asuransi yang menjamin adanya keajaiban-keajaiban, mukjizat-mukjizat dalam kehidupan?

Pengampunan
Tetapi kalau kita mengakui dosa-dosa kita kepada Allah, Ia akan menepati janji-Nya dan melakukan apa yang adil. Ia akan mengampuni dosa-dosa kita dan membersihkan kita dari segala perbuatan kita yang salah? (1 Yohanes 1:9, BIS). Sesama manusia bisa saja memberikan maaf, namun hanya asuransi ini yang memberikan jaminan pengampunan dosa.

Hikmat
"Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah la memintakannya kepada Allah, -- yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit --, maka hal itu akan diberikan kepadanya." (Yakobus 1:5). Asuransi pendidikan boleh saja bertebaran, namun hikmat yang sejati hanya akan kita peroleh lewat asuransi ini.

Keselamatan Anak-Anak
TUHAN menjawab, "Itulah yang akan terjadi. Tawanan para pahlawan akan direbut kembali. Jarahan orang kejam akan dirampas lagi. Sebab Aku sendiri melawan musuhmu; Aku akan menyelamatkan anak-anakmu." (Yesaya 49:25). Khawatir dengan anak-anak, bagaimana jika suatu saat Anda sakit atau bahkan tiada? Asuransi ini menjamin kehidupan mereka.

Kesaksian - Park Young Moon Seorang Atheis Diperlihatkan Surga dan Neraka

 
 
Tanggal 3 April 1986 adalah hari besar yang mengubah hidup saya. Pada tahun 1985, aku mengendarai sepeda motor di bawah pengaruh (minuman keras) dan masuk ke sebuah kecelakaan lalu lintas. Saya kemudian di penjara. Istri saya minta cerai ketika saya dibebaskan dari penjara. Aku membuat rencana menyeluruh untuk membunuh delapan orang: istri saya, keluarga-nya bahkan anak kerabat - yang mendorongnya untuk mendapatkan perceraian. Hal terakhir yang saya lakukan sebelum mengeksekusi rencana ini adalah menemui  ibu saya di Gwangjoo, maka saya memesan tiket kereta api berangkat ke Seoul pada pukul 10.40 malam. Itu adalah malam 3 April 1986.

Sementara aku berada di rumah ibuku, aku mendengar suara bergema yang saya belum pernah dengar sebelumnya, 40 menit sebelum mendapatkan kereta. Suara itu sangat keras dan bergemuruh yang hampir memecah telingaku. "Lihat! Lihat!" katanya. Merasa sangat aneh, aku pergi keluar dari pintu depan dan melihat sekeliling, tapi tak ada seorang pun. Sambil menebak-nebak sendiri, saya kembali ke kamar tidur dan aku akan menyalakan rokok. Tiba-tiba, ruangan menjadi terang. Saya terkejut dan menatap pintu kamar tidur saat dalam kebingungan ini. Saat itu, aku berteriak kaget.

Sementara cahaya pelangi yang jelas itu mengalir, ada sesuatu yang berjalan di dalam terang. Melihat lebih dari itu, itu adalah orang yang mengenakan pakaian putih. Karena cahaya terang, aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, tapi itu mirip manusia. Setelah beberapa saat, sebuah kereta kuda persegi panjang mengikuti di belakangnya.

Ada tiga kursi di kereta. Satu di tengah kosong dan dua orang mengenakan pakaian putih duduk di kedua sisi. Jika seseorang yang percaya pada Yesus melihat adegan itu, ia akan sangat tersentuh. Tapi aku hanya tertegun karena aku adalah hanya seorang pria ateis. Sebuah hal yang aneh saya harus tambahkan adalah bahwa aku merasa kebencian saya yang membara hilang.

Aku membangunkan ibu saya yang sedang tidur dengan saya. Tapi dia tampaknya tidak melihat tempat kejadian dan dia mengabaikan aku, mengatakan "Jangan konyol!" kemudian pergi tidur lagi. Ketika aku kembali menatap kereta lagi, aku terkejut. Seseorang yang tampak seperti saya sedang duduk di kursi tengah yang sebelumnya kosong. Aku menyentuhnya untuk memastikan dia benar-benar nyata. Rasanya seperti saya melihat cermin.

Segera setelah saya duduk di kursi, kereta berangkat. Setelah itu, aku menyaksikan surga dan neraka dengan jelas. Setelah melewati jalan emas yang memukau dan berkilau, aku melewati tempat di mana orang-orang seperti saya berjalan sepanjang jalan taman bunga, mencium bunga. Saya bisa melihat orang-orang datang dari seluruh dunia.

Saya jelas melihat wajah pamanku di sisi ibuku yang telah menjadi Kristen dan meninggal karena penyakit. Namun, saya tidak bisa menemukan tanda-tanda penyakit pada dirinya. Penampilannya tampak seperti pemuda 30 tahunan - sesuatu dengan wajah dan tubuh muda, mirip dengan bagaimana aku melihatnya ketika saya masih di kelas 3 ~ 4 di sekolah dasar. Kedamaian dan kebahagiaan, tidak ada kecemasan dan keprihatinan dunia, jelas di wajahnya. Mendengar suara musik nyaring terus menerus, kereta emas melewati rumah emas berkilau setelah mengemudi selama beberapa hari. Ketika kami tiba di sini, malaikat yang tidak akan menjawab apa pun yang saya tanyakan akhirnya berkata "Ini adalah surga," dengan suara yang jelas.

Ada rumah yang tak terhitung jumlahnya yang membentang ke cakrawala. Sebuah hal yang sama yang saya rasakan dari rumah-rumah emas berkilau yang aku belum pernah lihat di bumi adalah bahwa mereka semua disusun rapi dan tampak siap dan menunggu pemilik untuk bergerak masuk seperti paman saya, saya tidak bisa melihat siapa pun di sini. Aku bertanya para malaikat tentang hal itu, tetapi mereka tidak menjawab saya.

Kereta tiba-tiba memasuki tempat yang gelap, seolah-olah itu malam. Satu-satunya sumber penerangan adalah cahaya terang ukuran bulan purnama. Itu dalam bentuk orang-orang mengenakan pakaian putih seperti orang-orang yang mengendarai kereta. Musik yang saya dengar sebelumnya sudah berhenti. Ketakutan memasuki pikiran saya sebelum saya menyadari hal itu. Aku takut, membayangkan "Sekarang mereka telah menunjukkan kepada saya hal yang paling indah yang saya tidak akan pernah lihat di bumi, apakah mereka akan membunuhku?"

Seorang manusia bercahaya seperti bentuk yang menerangi seorang sebelum aku menyadari hal itu. Aku  menyaksikan ayah saya yang telah meninggal 6 tahun yang lalu. Dia adalah pencari nafkah dan mengurus urusan keluarga. Ia berturut-turut menjabat sebagai seorang kepala sarjana Konfusian. Saat ia masih hidup, ia mengeluarkan perintah sabar bagi orang untuk berhenti berbicara dengan dia ketika dia mendengar mereka mengatakan "J" dari Jesus. Ketika pria ini di ranjang kematiannya, ia menjadi sengsara dan tubuhnya membengkak begitu banyak itu bisa meledak. Sekarang aku melihat ayah saya menderita sakit seolah-olah ia mendekati kematian lagi.

Ular berbisa biru dengan kepala segitiga, cukup untuk menyembunyikan pergelangan kakinya, tubuh ayahku yang berdarah, merangkak, membungkus sekelilingnya dan menggigit dia seluruhnya. Saya menangis dalam putus asa dan memanggil dia, tapi dia tampaknya tidak mendengar saya sama sekali.

Ke tempat kedua saya pergi, sejumlah besar orang berkumpul di kerumunan mencoba melarikan diri dari api pada plat besi yang sangat besar mirip dengan panggangan. Benar-benar sebuah kekacauan. Aku bertemu kenalan lain di sini. Dia adalah kakak ayah saya, yang telah hidup kikir, mengatakan bahwa uang adalah segalanya. Dia tidak bisa mendengar suara saya dengan baik.

Di tempat yang disoroti oleh cahaya ketiga, saya menyaksikan seorang teman yang telah meninggal dalam kecelakaan lalu lintas. Tiga ular coklat kekuningan mengerikan yang meremas dia begitu kuat, membungkus kumparan di sekelilingnya. Dengan demikian, wajahnya berubah pucat. Teman ini juga mencintai minuman seperti saya, tapi ia akhirnya orang yang sudah mati karena alkohol.

Di tempat yang disoroti oleh cahaya keempat, saya bisa melihat orang-orang yang tenggelam sampai ke pinggang di rawa yang dalam. Binatang hitam kecil yang tidak diketahui yang membuatnya berdarah, menggigit dan mencakar dia seluruhnya. Saya mampu mengenali dua orang, seorang kerabat dan teman masa kecil di antara orang-orang yang menderita yang tak terelakkan mencoba melarikan diri dari binatang, tubuh mereka berguling kiri dan kanan. Aku tidak tahu pada saat itu, tapi saya menemukan hubungan bahwa mereka pergi ke gereja hanya karena mereka mendengar bahwa dengan menghadiri gereja penyakit disembuhkan; mereka tidak memiliki iman yang benar. Dia menyia-nyiakan waktunya menghadiri gereja setengah hati, memiliki satu kaki di gereja dan kaki lain di dunia.

Ayah saya, saya melihat di neraka dan paman saya, saya melihat di surga.

Seperti yang telah saya ceritakan, neraka yang saya lihat adalah tak terbayangkan, tempat mengerikan. Saya jelas melihat ayah saya, paman, teman dan kerabat di tempat yang gelap dan menyedihkan. Tidak ada yang bisa saya lakukan kecuali menangis dalam kesedihan. Aku, seseorang yang berpikir semuanya berakhir setelah kematian, menghadapi kebenaran. Setelah menyaksikan neraka, kereta berhenti di sebuah tempat yang disebut tempat penghakiman (Wahyu 20:13). Di sini, saya melihat sesuatu yang disebut kenangan di mana semua dosa saya yang saya lakukan dengan mata saya, tangan, kaki dan bahkan pikiran sejak lahir dicatat.

Aku tidak bisa menghitung jumlah dosa-dosa saya yang saya lakukan selama hidup saya karena itu dikategorikan ke dalam 132 kategori, dan setiap kategori memiliki sub-kategori. Di antara mereka, aku melihat bahwa jumlah terbesar dari dosa-dosa bercabang karena tindakan yang saya buat karena minum. Hal lain yang saya tahu adalah bahwa ada dua hal yang tidak dosa di dunia nyata, tetapi dosa di surga. Salah satunya adalah tidak percaya pada Yesus dan yang lain adalah mengutuk atau menjadi menghina dengan orang lain yang percaya kepada Yesus.

Semua dosa masa lalu saya yang direkam - bahkan dengan tanggal dan waktu seperti tidak menghadiri gereja, merobek dan melemparkan Alkitab dan buku-buku nyanyian ke dalam api, mengutuk, tidak hormat, semakin keras dengan teman-teman evangelis, bahkan menampar wajah mereka dan menendang mereka. Aku bertanya pertanyaan yang saya ingin tahu sepanjang waktu di sini. "Kenapa kau menunjukkan tempat-tempat ini kepada saya, seseorang yang sangat membenci Yesus dan melakukan segala macam dosa, bukan untuk seseorang seperti saudara saya yang pergi melalui api dan air untuk percaya pada Yesus?" Seorang malaikat di samping saya memberi saya jawaban. "Ini tidak perlu bagi orang-orang seperti saudaramu untuk datang ke sini. Seseorang seperti Anda tidak akan dapat menyaksikan kepada orang lain tentang surga dan neraka sampai mereka melihat dengan mata mereka sendiri."

Itu saja. Itu adalah jawaban yang sesuai dengan ayat Alkitab yang menyatakan bahwa seseorang seperti saudara saya yang bisa percaya tanpa melihat akan diberkati lagi. Segera setelah itu, kereta mulai bergerak lagi. Tiba-tiba, saya mendengar suara yang nyaring dan merdu bertanya dengan tekanan "Apakah Anda percaya?"

Suara ini adalah orang yang sama yang saya dengar sebelum berangkat ke Seoul untuk membunuh delapan orang.

Meskipun saya tidak pernah menerima Tuhan sebagai Bapa Surgawi saya sebelum waktu itu, saya bersedia untuk menerima Tuhan, tentu menjawab "Tuhan, saya percaya pada Anda." Tuhan terus mengatakan, "Ketika Anda kembali ke dunia, bersaksi tentang surga dan neraka kepada orang lain. Jangan menambah atau mengambil apa pun dari apa yang Anda lihat." Ketika berangkat, hal terakhir Dia mengatakan itu, "Saya akan terus mengawasi Anda."

Aku merasa seperti aku telah di perjalanan panjang selama beberapa hari, tapi itu hanya 11:10 malam ketika aku terbangun, merasa takut. Ini semua terjadi dalam waktu 70 menit. Tidak ada gambaran waktu duniawi di sana. Perasaan datang ke saya, ibu saya sedang menatap saya dengan wajah tajam. Dia bilang aku bergumam kata-kata yang tidak diketahui untuk diriku sendiri dan aku tidak bangun meskipun dia mencoba untuk membangunkan saya. Tepat setelah itu, saya mengatakan kepadanya apa yang saya baru saja lihat. Ibu saya, yang selalu berteriak setiap kali dia mendengar hanya "J" Jesus, mengeluarkan air mata setelah mendengar kisah tentang bagaimana suaminya menderita. Begitu saja, ibu saya dan saya menjadi murid Yesus dan mengambil pendidikan pembaptisan, kemudian menjadi terlibat dalam gereja dihari yang sama. Dia menjadi orang yang penuh gairah dengan penuh semangat menghadiri gereja sebanyak seperti yang saya lakukan.

Pada saat ini, hidup saya berubah 180 derajat. Saya menjadi orang yang bibirnya secara alami mengucapkan kata-kata hanya memberikan kemuliaan kepada Tuhan Yesus bukan untuk diriku sendiri. Saya bisa menjadi dan terus menjadi pekabar injil melakukan pekerjaan Tuhan. Pesan terakhir yang Tuhan ucapkan kepada saya  selalu hadir dalam pikiran saya, "Aku akan terus mengawasi Anda," adalah yang membawa saya ke sini.

Oleh Park Young Moon
 
 
English Version :
 
April. 3rd, 1986 was a big day that changed my life.  In 1985, I drove a motorcycle under the influence and got into a traffic accident.  I then went to prison.  My wife asked for a divorce when I was released from prison.  I set up a thorough plan to kill eight people: my wife, her family–even child relatives–who encouraged her to get the divorce.  The last thing I did before executing this plan was to meet my mother in GwangJoo, then I booked a train ticket leaving for Seoul at 10:40 pm.  It was the night of April, 3rd, 1986.

While I was at my mother's house, I heard a resonant voice that I've never heard before 40 minutes prior to getting on the train.  It was so loud and thunderous of a sound that it almost split my ear.  "Look! Look!" it said.  Feeling too strange, I went out the front door and looked around, but there was no one.  Second-guessing myself, I returned to the bedroom and I was about to light a smoke.  Suddenly, the room became bright.  I was surprised and looked at the bedroom door in the confusion of the moment.  At that instant, I yelled in shock.

While a clear rainbow light was flowing down, there was something walking down in the light.  Looking over it, it was a person who wore white clothing.  Due to the bright light, I couldn't see its face clearly, but it was human-like.  After a while, a rectangular horse-drawn carriage was following behind him.

There were three seats on the carriage. The center one was empty and two people wearing white clothing sat on the both sides.  If someone who believes in Jesus saw the scene, he would have been touched greatly. But I was just stunned because I was just atheist man.  A strange point I should add is that I felt my burning hatred disappearing.

I woke up my mother who was sleeping by me.  But she didn't seem to see the scene and she ignored me, saying "Don't be ridiculous!" then went to sleep again.  When I looked back at the carriage again, I was startled.  A person who looked like me was sitting on the center seat which was previously empty.  I touched him to make sure he was real.  It was like I was looking at a mirror.

As soon as I sat down on the seat, the carriage took off. After that, I got to clearly witness heaven and hell.  After passing by a dazzling and brilliant golden road, I passed by a place where people like me were walking along a flower garden road, smelling the flowers.  I was able to see people came from all over the world.

I clearly saw my uncle's face on my mother's side who had been a Christian and died of a disease.  However, I couldn't find any disease marks on him.  His appearance looked like a youthful 30-something with a young face and body, similar to how I saw him when I was in 3rd~4th grade in elementary school.  Peace and happiness, absent of any anxieties and concerns of the world, was apparent on his face.  Hearing a continuous booming musical sound, the golden carriage was passing by brilliant golden houses after driving for several days.  When we arrived here, the angles who wouldn't answer whatever I asked eventually said "Here is heaven," with a clear voice.

There were an uncountable number of houses which were stretched out into horizon.  A common point that I felt from those brilliant golden houses that I've never seen on earth was that all of them were neatly organized and looked ready and waiting for an owner to move in.  Unlike where my uncle was, I was unable to see anyone here.  I asked the angels about it, but they didn't answer me.

The carriage was suddenly entering a dark place, as if it were night.  The only source of illumination was a bright light the size of the full moon.  It was in the shape of people wearing white clothing like those who drove the carriage.  The music I heard before had already stopped. Fear entered my mind before I was aware of it.  I was scared, thinking "Now that they've showed me the most beautiful things that I'll never see on earth, are they going to kill me?"

A light human-like shape was illuminating a person before I was aware of it. I got to witness my father there who had died 6 years ago.  He was the breadwinner and took care of family matters.  He successively held the position of a Confucian scholar principal.  While he was alive, he issued an impetuous order for people to stop talking to him when he heard them say the "J" of Jesus.  When this man was on his deathbed, he became miserable and his body swelled so much it could burst.  Now before me I saw my father suffering from pains as if he was approaching death again.

Blue venomous serpents with triangular heads, enough to hide his ankles, were bloodying my father's body, crawling, wrapping around him and biting him all over.  I was crying in despondency and calling out to him, but he didn't seem to hear me at all.

The second place I went to, a large number of people were gathered in a crowd trying to escape from a fire on an extremely huge iron plate similar to a grill.  Simply, it was pandemonium.  I met another acquaintance here.  He was my father's older brother, who having lived like a miser, said that money was everything.  He was not able to hear to my voice either.

At the place spotlighted by the third light, I witnessed a friend who had died in a traffic accident.  Three dreadful yellowish brown serpents were squeezing him so strongly, wrapping coils around him. Thus, his face was turning pale.  This friend has also loved drinking like me, but he was eventually the one who was dead due to alcohol.

At the place spotlighted by the forth light, I was able to see people who were immersed up to the waist in the deep swamp.  Unknown small black beasts were making him bloody, biting and clawing him all over.  I was able to recognize two people, a relative and a childhood friend among people who were inevitably suffering trying escaping the beasts, rolling their bodies left and right.  I didn't know it at the time, but I found out that the relative had been going to church simply because they heard that attending church cured disease; they had no true faith.  He wasted his time attending church half-heartedly, having one foot in church and the other foot in the world.

My father I saw in hell and my uncle I saw in heaven.

As I have recounted, the hell I saw was an unimaginable, atrocious place.  I clearly saw my father, uncle, friend and relative in the dark and wretched place. There was nothing I could do but cry at them in tears.  I, someone who thought everything ends after death, faced the truth.  After witnessing hell, the carriage stopped at a place called the judgment platform (Revelation 20:13).  Here, I saw something called reminiscence where all of my sins that I committed with my eyes, hands, feet and even mind since birth were recorded.

I was not able to count the number of my sins that I committed during my life because it was categorized into 132 categories, and each category had sub-categories.  Among them, I got to see that the largest number of sins branched off of actions that I made due to drinking.   Another thing I found out is that there were two items that are not sins in the real world, but sins in heaven.  One is not to believe in Jesus and the other one is to curse at or be contemptuous with others who believe in Jesus.

All of my past sins were recorded–even with the date and time–such as not attending church, tearing and throwing Bibles and hymnbooks into a fire, cursing, being disrespectful, getting stringent with evangelical friends, even slapping their faces and kicking them.  I asked a question that I was wondering all the time here.  "Why do you show these places to me, someone who hated Jesus exceptionally and committed all kinds of sins, rather than to someone like my brother who went through fire and water to believe in Jesus?"  An angel beside me gave me an answer.  "It's not necessary for people like your brother to come here.  Someone like you will not be able to witness to others about heaven and hell until they see it with their own eyes."

That was it. It was an answer corresponding to the Bible verse which states that someone like my brother who can believe without seeing will be blessed more. Soon afterward, the carriage began to move again. Suddenly, I heard a loud and sonorous voice ask pressingly "Will you believe?"

This voice was the same one that I heard before leaving for Seoul in order to kill those eight people.
Even though I've never accepted God as my Heavenly Father before that time, I was willing to receive God, naturally answering "Lord! I believe in you."  God continued to say, "When you go back to the world, testify about heaven and the hell to others.  Don't add or take anything away from what you saw."  When departing, the last thing He said was, "I will keep watching over you."

I felt like I had been on a long journey for many days, but it was just 11:10 pm when I woke up, feeling scared.  This all occurred in the space of 70 minutes.  There was no concept of earthly time there.   Coming to my senses, my mother was staring at me with an intense face.  She said I was mumbling unknown words to myself and I wouldn't wake up even though she tried to wake me up.  Right after that, I told her exactly what I had just seen.  My mother, who has always shouted out whenever she heard just the "J" of Jesus, came to tears after hearing of the story of how her husband suffered.  Just like that, my mother and I became disciples of Jesus and took baptismal education, then became involved in church the same day.  She became a passionate person who enthusiastically attends church as much as I do.

At this moment, my life changed 180 degrees. I became a person whose lips naturally speak words only giving glory to Lord Jesus rather than to myself.  I was able to become and continue to be a missionary doing the Lord's work.  The last order that God gave me which is always present in my mind, "I will keep watching over you," is what brought me here.