Popular Posts

Monday, March 14, 2016

Seri Akhir Zaman 18 - PEMBANGUNAN BAIT ALLAH KE - 3

Seri Akhir Zaman Bagian ke-18

PEMBANGUNAN BAIT ALLAH KE - 3

Untuk kedatangan-Nya yang ke-dua kali Tuhan memberikan tanda bagi “orang-orang dekat-Nya.” Melalui Alkitab, Tuhan menuliskan segala tanda-tanda kedatangan-Nya agar Gereja (sebagai mempelai wanita-Nya) bersiap-siap menyambut kedatangan Mempelai Pria-nya, yaitu Kristus. Ada dua tanda yang Tuhan berikan bagi Gereja-Nya:
I.          Tanda Umum (Mat 24:5-14)
II.         Tanda spesifik :
•          Pemulihan Israel, yaitu kembalinya orang-orang Yahudi dari seluruh dunia ke tanah air mereka di Israel dan mendirikan kembali negara Israel (lihat Buletin Doa edisi 130)
•          Pemulihan Romawi, yaitu bersatunya negara-negara Eropa (kekaisaran Romawi modern) menjadi satu kekuatan dunia (lihat Buletin Doa edisi 131-132).
•          Persiapan pembangunan Bait Allah ke-3. (akan dibahas pada edisi ini)
Mengapa pembangunan Bait Allah ke-3 merupakan tanda kedatangan Tuhan Yesus kedua kali? Simak penjelasan berikut ini ...
Antikris akan menyatakan diri sebagai Allah di Bait Allah
“Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah.” (II Tesalonika 2:3-4)
Saudara, setelah pengangkatan / rapture terjadi, Antikris akan muncul dan akan menyatakan diri sebagai Mesias, dan ia akan memasuki Bait Allah, duduk di tempat kudus-Nya dan menyatakan diri sebagai Allah. Itulah cita-cita iblis dari semula, yaitu ingin menjadi sama seperti Allah, duduk di takhta-Nya dan disembah oleh seluruh ciptaan Allah. Akhir zaman adalah satu-satunya kesempatan bagi iblis untuk melaksanakan keinginannya untuk “menjadi Tuhan,” sebab pada saat 7 tahun masa kesusahan besar segala penghalang (yaitu Roh Kudus dan Gereja-Nya) sudah tidak ada lagi (karena sudah diangkat dalam pengangkatan, II Tes 2:7-8a) sehingga iblis dapat melaksanakan segala rencana jahatnya itu melalui Antikris.
Sebenarnya sudah dua kali iblis berencana untuk duduk di takhta Allah dan ingin menyamai yang Maha Tinggi. Pertama, pada waktu iblis sebagai malaikat Tuhan bernama Lucifer, ia hendak duduk di takhta Allah (Yes 14:12-14), dan oleh karena niatnya itu Lucifer dilemparkan dari surga ke bumi menjadi iblis seperti sekarang ini. Kedua, adalah pada saat pertengahan 7 tahun masa kesusahan besar iblis kembali ingin duduk di takhta Allah di surga, ia dan segenap bala tentara iblis akan menyerang surga, berharap dapat merebut takhta Allah dan menyatakan diri sebagai Allah, namun belum juga sampai ke surga, Mikhael beserta malaikat-malaikatnya menghadang iblis, dan terjadilah peperangan. Dalam peperangan yang tidak seimbang itu iblis tidak dapat bertahan dan dilemparkan ke bumi lagi (Why 12:6-9). Di bumi iblis sangat marah terhadap seluruh penduduk dunia, terutama ia sangat marah terhadap orang Israel dan orang-orang Kristen tertinggal sebagai umat-umat pilihan Allah.
Oleh karena gagal duduk di tempat kudus-Nya di surga untuk kedua kalinya, Iblis -- melalui Antikris -- akhirnya melaksanakan niatnya itu di bumi. Antikris datang ke Yerusalem di Israel, sebab di Israel terdapat tempat takhta Allah di bumi, yaitu Bait Allah-nya orang Israel, lalu ia masuk dan menyatakan dirinya sebagai Allah di situ.
Bait Allah akan dibangun... Pasti dibangun
Dengan masuknya Antikris ke dalam Bait Allah dan duduk di tempat kudus-Nya, itu membuktikan bahwa suatu saat di Israel akan berdiri bangunan Bait Allah (yaitu waktu setelah pengangkatan terjadi). Sebab tidak mungkin Antikris bisa masuk ke dalam Bait Allah tanpa ada bangunannya. Perhatikan urut-urutan ini :
•          Antikris hanya dapat masuk ke dalam Bait Allah jika Bait Allah itu ada / sudah dibangun.
•          Bait Allah dapat dibangun jika orang-orang Israel sudah mempersiapkan pembangunan-nya.
•          Antikris hanya dapat masuk ke Bait Allah jika ia sudah menyatkan diri.
•          Antikris hanya dapat menyatakan diri jika Roh Kudus dan Gereja-Nya sudah tidak ada / diangkat.
•          Jadi urutannya adalah : Pengangkatan -› Antikris muncul -› Bait Allah dibangun -› Antikris masuk ke Bait Allah dan menyatakan diri sebagai Allah.
Dari urut-urutan tadi, kita dapat melihat bahwa jika orang-orang Israel mempersiapkan membangun Bait Allah, itu berarti pengangkatan sudah dekat, sudah di ambang pintu. Sebab pengangkatan akan mendahului pembangunan Bait Allah.
Bukti berikutnya bahwa Bait Allah akan dibangun adalah: Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: “Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya. Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya.” (Why 11:1-2) Dalam suatu penglihatan Rasul Yohanes diberi perintah oleh Tuhan untuk mengukur Bait Allah, padahal wahyu tersebut ditulis sekitar tahun 90 M, dimana di Israel sudah tidak ada lagi Bait Allah karena sudah dihancurkan oleh Romawi pada tahun 70 M. Dari firman Tuhan itu kita dapat melihat bahwa di akhir zaman, yaitu dimasa 3,5 tahun kesusahan besar (ditunjukan dengan empat puluh dua bulan) akan ada bangunan fisik Bait Allah.
Mengapa harus dibangun?
Untuk mengerti tentang Bait Allah maka kita harus mengerti dahulu sejarah Bait Allah, sehingga kita akan megerti mengapa Bait Allah harus dibangun, dimana Bait Allah harus dibangun, dan hubungan dengan tanda kedatangan Tuhan Yesus kedua-kali.
Mezbah Abraham
Pada waktu Abraham disuruh Tuhan untuk meninggalkan tanah Ur ke negeri yang akan Tuhan tunjukkan, Abraham taat, ia dan sanak keluarganya pergi meninggalkan tanah Ur dan menetap di suatu negeri yang telah Tuhan tunjukkan, yaitu tanah Kanaan. Di negeri itulah Abraham diperintahkan Tuhan untuk beribadah kepada-Nya. Yang menjadi pertanyaan,
mengapa Abraham diperintahkan Tuhan untuk meninggalkan tanah Ur dan pindah ke tanah Kanaan untuk “sekedar” beribadah kepada Tuhan, tidak bisakah Abraham beribadah kepada Tuhan di tanah Ur? Jawabanya adalah : Tidak bisa! Sebab di tanah Kanaan terdapat suatu tempat – dimana letaknya hanya Tuhan yang tahu – merupakan pusat dari dunia, tempat surga dan bumi bersatu. Dimana letak dari pusat dunia itu?
Suatu hari Tuhan hendak menguji iman Abraham, Tuhan menyuruh Abraham untuk pergi ke sebuah tempat di bukit Moria untuk mengorbankan anaknya Ishak. Dengan berat hati Abraham pergi dan membawa anaknya yang tunggal ketempat yang telah ditunjukkan Tuhan kepadanya itu. Setelah Tuhan memberitahu posisi tempat mezbah harus didirikan, Abraham mendirikan sebuah mezbah di tempat itu, dan ia mengikat Ishak, menaikkannya ke atas mezbah dan mengambil pisau untuk segera menyembelih Ishak. Tuhan melihat iman Abraham itu, sehingga Tuhan menghentikan niat Abraham untuk mengorbankan Ishak dan memberikan seekor domba untuk menggantikan pengorbanannya, sehingga Abraham tidak jadi mengorbankan Ishak melainkan mengorbankan seekor domba di atas mezbah yang telah didirikannya. Dari korban bakaran yang dipersembahkan Abraham di atas mezbah itu maka berkat Tuhan turun.
Melalui pengorbanan domba itu, tanpa disadari oleh Abraham, sebenarnya Tuhan sedang memberitahukan/menunjukkan kepada manusia posisi / titik pusat dunia secara rohani. Titik di atas bukit Moriah tersebut adalah titik tengah dunia ini, sebuah tempat yang ditunjukkan oleh Tuhan sendiri. Di tempat inilah umat Tuhan harus mempersembahkan korban kepada Tuhan, di tempat inilah Tuhan akan berbicara kepada manusia, dan ke tempat inilah manusia harus menghadap / berkiblat bila beribadah kepada Tuhan. Kelak titik ini akan menjadi pusat ibadah bagi keturunan Abraham. Oleh sebab itu mengapa Abraham disuruh Tuhan untuk meninggalkan tanah kelahirannya di Ur dan pindah ke tanah Kanaan.
Tabernakel Musa
Setelah lama Abraham dan keturunannya tinggal di tanah Kanaan, suatu waktu negeri itu mengalami kekeringan selama 7 tahun lamanya, dan keturunan Abraham yaitu Yakub/Israel (anak Ishak, cucu Abraham) beserta kaum keluarganya terpaksa pindah ke Mesir, sebab melalui Yusuf dan Firaun, Tuhan akan memelihara seluruh keturunan Abraham dari bencana kelaparan. Namun waktu berganti waktu, setelah Yakub, Yusuf dan Firaun raja Mesir mati, bangkit raja Mesir yang baru yang jahat mempelakukan kaum Israel, raja tersebut memperbudak bangsa Israel yang semakin hari semakin banyak jumlahnya.
Pada waktu bangsa Israel diperbudak di tanah Mesir, saat itu orang Israel ditindas tanpa bisa bersekutu dengan Tuhan-nya dan tanpa bisa mempersembahkan korban bakaran, sehingga mereka berseru kepada Tuhan agar menyelamatkan mereka dari Mesir. Dan Tuhan mendengar doa seruan bangsa Israel, sehingga Ia mengirimkan Musa untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir dan supaya mereka dapat beribadah dan juga mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan kembali (Kel 8:1). Setelah 400 tahun diperbudak oleh bangsa Mesir akhirnya dengan tangan-Nya yang kuat mereka keluar dari Mesir untuk kembali ke tanah Kanaan lalu kembali beribadah kepada Tuhan.
Sekalipun bangsa Israel sudah keluar dari tanah Mesir, namun perjalanan mereka kembali ke tanah Israel memerlukan waktu 40 Tahun. Sehingga untuk mempersem-bahkan korban kepada Tuhan di titik yang telah Tuhan tetapkan (di pusat dunia) tidak bisa segera dilaksanakan, sebagai gantinya Tuhan memerintahkan Musa untuk membuat sebuah tabernakel (miqdash, tempat kudus) tempat orang Israel dapat mempersembahkan korban, tempat bertemunya orang Israel dengan Allah dan tempat / kiblat orang Israel akan beribadah.  Jadi tabernakel dan Tabut Allah ini menjadi tempat kehadiran Allah tengah-tengah bangsa Israel dan menjadi pusat ibadah mereka. Semua tenda orang Israel harus didirikan menghadap ke arah tabernakel ini, termasuk jika orang Israel berdoa dan beribadah harus menghadap ke arah tabernakel ini, sebab disitulah Tuhan hadir dan bersemayam.
 Tabernakel Musa, inilah cikal bakal Bait Allah orang Israel. Sebagai “rumah” Allah di bumi (Kel 25:8), semua tenda dan ibadah harus menghadap ke Tabernakel ini.
Petunjuk pembuatan (cetak biru) tabernakel ini diberikan langsung oleh Tuhan di gunung Horeb, dan Musa membuatnya persis seperti apa yang Tuhan perintahkan termasuk segala perkakasnya. Tabernakel ini bukan berupa bangunan yang permanen, namun lebih kepada sebuah tenda besar yang dapat dibongkar, diangkut dan dipasang kembali di tempat dimana Tuhan tunjukkan untuk bangsa Israel tinggal selama perjalanan di padang gurun. Di tabernakel itulah Tuhan hadir di tengah-tengah bangsa Israel, bersemayam, berbicara dan mendengarkan doa-doa orang Israel. Dan dimanapun orang Israel berhenti untuk tinggal di padang gurun, maka tabernakel akan didirikan di tengah-tengah kemah orang-orang Israel, mereka melakukan itu hingga mereka memasuki tanah perjanjian, namun posisinya belum kembali ke titik yang semula, sebab bukit Moria telah menjadi tempat tinggal orang Yebus sepeninggalan orang Israel ke Mesir.



Tabut Perjanjian
Jika kita berbicara tetang Bait Allah maka tidak bisa dipisahkan dengan Shekinah, yaitu “Kehadiran Allah” atau Kemuliaan Tuhan (Yoel 3:17, 21; Hab 2:20) yang hadir di Bait Allah / tabernakel. Shekinah ini diwakili oleh tabut Allah Musa / Tabut Perjanjian. Tabut perjanjian ini pembuatannya diperintahkan langsung oleh Tuhan di gunung Sinai, dan di atas Tabut Perjanjian itulah Allah bersemayam. Jadi jika bangsa Israel menghadap Bait Allah untuk beribadah kepada Tuhan Allah, maka sebenarnya mereka sedang menghadap tabut Allah yang berada di dalam ruang maha kudus dari Bait Allah.

 Tabut Perjanjian, di dalam lambang kehadiran Allah, ditempatkan di Ruang Maha Kudus dari Tabernakel Musa. Di atas tabut inilah Allah  bersemayam.



Tabernakel Daud
Setibanya di tanah perjanjian, dibawah kepemimpinan Yosua bangsa Israel merebut kembali tanah yang ditinggalkan bangsa Israel dulu. Dengan pertolongan Tuhan, bangsa Israel berhasil mendiami kembali tanah yang telah diberikan Tuhan kepada Abraham dulu. Tapi sayang, bangsa Israel tidak merebut semua tanah itu seperti yang Tuhan telah perintahkan. Mereka menyisakan tanah-tanah tertentu dan tidak merebutnya, dan yang lebih parahnya lagi mereka tidak merebut Yerusalem tempat gunung Moriah dan titik pusat ibadah yang telah Tuhan tunjukkan kepada Abraham dulu. Sehingga sekalipun tabut Allah dan tabernakelnya sudah memasuki tanah perjanjian, namun tabut dan tabernakelnya tidak bisa menempati titik yang sudah Tuhan tetapkan, Yerusalem masih dikuasai oleh bangsa Yebus. Baru pada kepemimpinan raja Daud Yerusalem direbut dan menjadikannya ibukota Israel juga pusat ibadah kepada Tuhan.
Raja Daud sedang membeli pengirikan gandum Arauna,
di tempat itulah titik tengah dunia yang kelak
dijadikan Bait Allah.
Daud membawa masuk Tabut Perjanjian ke kota Yerusalem dan memulai kembali peribadatan kepada Tuhan dengan menghadap tabut itu. Berbeda dengan pada waktu zaman Musa, Tabut Perjanjian pada masa pemerintahan Daud tidak di tempatkan di sebuah tabernakel yang tertutup, melainkan ditempatkan di suatu tenda terbuka dimana setiap orang yang beribadah dapat melihat tabut itu.
Daud adalah raja yang diurapi Tuhan luar biasa, oleh karena penyertaan Tuhan atas Daud maka kemana pun ia maju untuk berperang maka kemenangan akan diraihnya. Tidak ada bangsa yang mampu bertahan menghadapi bangsa Israel di bawah kepemimpinan raja
Daud. Akan tetapi suatu ketika, oleh karena kemenangan demi kemenangan yang diraih Daud, membuat raja Israel tersebut sombong dan akhirnya membuat kesalahan fatal dihadapan Allah. Raja Daud memerintahkan panglimanya Yoab untuk mengadakan sensus penduduk agar diketahui berapa kekuatan rakyat Israel, sehingga jika kelak akan maju berperang raja tahu berapa kekuatan Israel dan berapa kekuatan musuh... Hal ini membuat Tuhan sangat marah kepada Daud, sebab segala kemenangan yang diraih bangsa Israel bukan karena kekuatan atau jumlah rakyat yang ikut berperang, melainkan karena pertolongan Tuhan. Akhirnya Tuhan marah luar biasa terhadap raja Daud, dan Tuhan memberikan kepada Daud 3 pilihan hukuman yang akan dijatuhkan kepadanya:
1.         Tiga tahun kelaparan menimpa seluruh negeri dari bangsa Israel
2.         Tiga bulan mengalami kekalahan dalam peperangan dan dikejar-kejar musuh
3.         Tiga hari bangsa Israel mengalami penyakit sampar
Karena semua hukuman yang di tawarkan berat adanya, maka Daud menyerahkan pilihannya kepada Tuhan, dan Tuhan menjatuhkan pilihan untuk menurunkan penyakit sampar kepada seluruh bangsa Israel selama 3 hari.  Maka Tuhan menurunkan malaikat yang membawa maut sampar itu berjalan dari Dan sampai Bersyeba, dari pagi hingga waktu yang ditetapkan, mengacungkan pedangnya dan menurunkan sampar kepada seluruh bangsa Israel. Setibanya malaikat itu di tempat pengirikan gandum milik Arauna (disebut juga Ornan) orang Yebus untuk menurunkan sampar kepada penduduk Yerusalem (pengirikan ini tepat berada di atas bukit Moriah), menyesallah Tuhan atas tulah yang telah Ia turunkan, dan Tuhan menghentikan malaikat pembawa maut itu. Namun demikian sampar tersebut telah menewaskan 70.000 orang Israel.
Maka berhenti-lah tulah itu, yaitu ketika malaikat Tuhan berada di atas bukit Moria. Maka melalui nabi-Nya Gad, Tuhan memerintahkan raja Daud untuk mendiri-kan mezbah di atas
Tabernakel Daud. Tidak seperti tebernakel Musa, tabernakel Daud jauhlebih sederhana, semua orang   bisa melihat tabut perjanjian dan ibadah dilakukan dengan bebas tanpa ada liturgi.


bukit Moria itu di suatu tempat yang akan ditunjukkan oleh Tuhan sendiri. Dan Tuhan menunjukkan tempat / titik dimana mezbah itu harus didirikan, yaitu tepat di atas bukit Moria yang telah didirikan tempat pengirikan gandum oleh Arauna, orang Yebus. Maka Daud membeli pengirikan gandum tersebut, sekalipun Arauna lebih memilih untuk memberikan tempat itu secara gratis untuk Tuhan dan raja, namun raja Daud tetap memilih untuk membelinya. Dan setelah dibeli maka Daud mendirikan mezbah bagi Tuhan dan mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, dan tulah itu berhenti menimpa orang Israel.
Saudara, posisi / titik tempat Tuhan menunjukkan untuk Daud mendirikan mezbah di bukit Moria itu adalah titik dimana dahulu Abraham disuruh Tuhan mendirikan mezbah untuk mengorbankan Ishak, tidak meleset sedikit pun, itulah pusat bumi yang telah ditetapkan Tuhan kepada Abraham.
Setelah raja Daud mempersembahkan korban dan berdoa, maka Tuhan menjawab doa Daud, disitulah terjadi kembali komunikasi dua arah antara manusia dan Allah seperti dulu terjadi pada Abraham. Dan Daud berjanji, di tempat itulah ia akan mendirikan Bait Allah... Ketika raja telah menetap di rumahnya dan TUHAN telah mengaruniakan keamanan kepadanya terhadap semua musuhnya di sekeliling, berkatalah raja kepada nabi Natan: “Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras, padahal tabut Allah diam di bawah tenda.” Lalu berkatalah Natan kepada raja: “Baik, lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab TUHAN menyertai engkau.” (II Sam 6:1-3).
Jadi, pendirian Bait Allah adalah keinginan raja Daud, bukan keinginan Tuhan (II Sam 6:7; I Taw 17:1-2). Bagi Tuhan, penempatan Tabut Allah dan persembahan korban di tempat yang semestinya saja -- yaitu di bukit Moria -- sudah cukup, sekalipun hanya di dalam sebuah tenda sederhana. Akan tetapi cara pandang raja Daud berbeda, ia menyadari  adanya ketidaksesuaian antara istananya yang megah dengan tenda yang digunakan untuk menyimpan Tabut Allah.
Bait Allah Salomo (Bait Allah ke-1)
Begitulah kerinduan raja Daud untuk sesegera mungkin mendirikan rumah kediaman bagi Tuhan, namun sayang Tuhan tidak mengijinkan Daud untuk membangun rumah kediaman-Nya itu. Sebab, sebagai prajurit, tangan Daud banyak menumpahkan darah (I Taw 28:1-6), Daud banyak melakukan dosa, terlalu sering mengucap kutuk dan memiliki banyak istri (melanggar salah satu syarat raja di Ul 17:17). Namun Tuhan telah memilih Salomo, anak Daud, untuk melanjutkan niat Daud mendirikan Bait Allah. Lalu Daud menyiapkan segala keperluan pembangunan Bait Allah, sehingga kelak jika Salomo telah naik takhta dan menjadi raja atas Israel, maka ia dapat membangun Bait Allah (I Taw 28-29).
Akhirnya cita-cita raja Daud untuk mendirikan Bait Allah dapat terlaksana, setelah Salomo besar dan menjadi raja atas Israel, ia mendirikan Bait Allah (Beis HaMikdash) , yaitu di atas bukit Moria di kota Yerusalem. Setelah selesai, Salomo memerintahkan para Imam dan orang-orang Lewi mengangkut tabut Allah, meletakkannya di tengah-tengah ruang maha kudus, dan itu berarti posisi tabut Allah itu berada di tempat / titik yang sama pada waktu Abraham mendirikan mezbah tempat Ishak hendak dikorbankan dan ditempat yang sama pada waktu Daud mendirikan mezbah setelah 3 hari bangsa Israel mengalami wabah sampar. Posisi tidak berubah, sebab disitulah pusat dunia, tempat yang telah dipersiapkan Tuhan sejak zaman nenek moyang bangsa Israel... Semuanya dibawah ketetapan Tuhan, termasuk “spesifikasi” Bait Allah yang akan dibangun, Tuhan jugalah yang menetapkan, sebab sekalipun pembangunan ini adalah niat raja Daud sendiri sebagai penghormatan kepada Tuhan, namun pembangunan Bait Allah harus seturut kehendak Tuhan, baik tata letak, bahan-bahan, perkakas dan ukurannya harus dari Tuhan sendiri. Dan Salomo mentaati semua ketetapan Tuhan itu, ia membangun Bait Allah persis seperti yang Tuhan inginkan untuk dibuat, termasuk ruang maha kudus, ruang tempat penyimpanan Tabut Perjanjian, dibuat tepat di titik pusat dunia. Titik tersebut menjadi tempat paling kudus (dalam bahasa Ibrani disebut: “Kodesh Hakodashim,” dalam bahasa Inggris: “holy of holies,” atau “Maha Kudus” dalam bahasa Indonesia), disitulah kelak Tuhan hadir di tengah-tengah umat-Nya Israel, yaitu di Bait Allah, di ruang maha kudus, di atas Tabut Perjanjian, di atas titik dunia. Inilah Bait Allah Salomo... Yaitu BAIT ALLAH KE-1.
Bait Allah ke-1 ini sangat luar biasa dalam hal kemegahan. Dibangun selama 7 tahun, dikerjakan oleh para ahli, dihiasi dengan teliti, disusun oleh bahan-bahan yang sangat mahal, seperti emas, tembaga, batu-batu berkualitas tinggi, kayu-kayu dari hutan Libanon, dan memiliki titik tertinggi setara gedung 20 lantai.
Kehancuran Bait Allah Ke-1
Tidak pernah ada yang menyangka bahwa raja Salomo, yang begitu mengasihi Tuhan, dan memiliki hikmat yang luar biasa, dapat melakukan hal bodoh dengan memiliki 700 istri dan 300 gundik lalu mengikuti dan menyembah allah-allah istrinya tersebut. Raja yang diurapi Tuhan secara luar biasa dan diberi kepercayaan besar membuat rumah Tuhan akhirnya mengalami kemerosotan rohani secara luar biasa. Bukan hanya itu, Salomo juga membuat komplek Istana Salomo yang luas dan kemegahanya melebihi Bait Allah. Pembangunan Bait Allah membutuhkan waktu pembangunan 7 tahun, istana ini membutuhkan waktu pembangunan 13 tahun. Selain itu raja juga mengijinkan pusat-pusat penyembahan berhala berkembang biak di tanah Israel. Puncak kemerosotan rohani Salomo dan Israel secara keseluruhan terjadi pada masa kekuasaan Rehabeam anak Salomo. Di tangan Rehabeam kerajaan Israel terpecah dua menjadi kerajaan Yehuda (kerajaan Selatan) dan kerajaan Israel (kerajaan Utara). Oleh karena Bait Allah berada di kerajaan Selatan maka raja Israel / Utara (dimulai dari raja Yorebeam) membangun tempat-tempat penyembahan alternatif untuk mencegah rakyatnya beribadah ke Bait Allah di kerajaan Selatan yang dapat mengakibatkan mereka tertarik ke dalam kekuasaan politik kerajaan Utara.
Kehadiran Bait Allah di kerajaan Selatan (Yehuda) tidak serta merta membuat kerajaan ini lebih baik dari kerajaan Utara dalam hal menyembah Allah, mereka juga mengalami pasang surut dalam hal kerohanian. Sebentar bertobat dan menyembah Allah, namun kemudian membuat patung-patung lalu menyembahnya. Sehingga Tuhan mengizinkan Firaun Shishak dari Mesir menyerang Yerusalem, dengan sasaran utama Bait Allah dan Istana Salomo, yang menyimpan 300 perisai emas tempaan. Melihat hal tersebut raja berikutnya, Rehabeam, merendahkan diri kepada Tuhan, sehingga penjarahan yang lebih parah lagi dapat dihentikan.
Kehancuran Bait Allah yang kemudian terjadi pada zaman raja Ahas. Oleh karena Yehuda dibawah kekuasaan Asyur maka mereka diwajibkan untuk membayar upeti kepada raja Asyur, maka raja Ahas mengambil emas, perak dan tembaga dari Bait Allah, meleburnya dan membayarkannya sebagai upeti raja Damaskus. Dan sebagai penghormatan kepada raja, ia membangun tiruan mezbah Damaskus di halaman Bait Allah dan di seluruh Yerusalem.
Keturunan berikutnya dari raja Ahas, Hizkia, lebih baik kelakuannya, ia membawa Yehuda kepada reformasi spiritual dan militer. Hizkia menyelamatkan Yehuda dan Bait Allah dari kehancuran dan penjarahan, namun ia melakukan kesalahan besar dengan memamerkan semua isi perbendaharaan Bait Allah kepada utusan kerajaan Babel (II Raja 20:12-18). Ini seumpama seorang kaya yang memamerkan semua kekayaannya kepada sekelompok perampok. Sehingga hanya tinggal menunggu waktu saja sebelum Bait Allah menjadi sasaran utama bangsa Babel untuk dijarah. Oleh karena itu Tuhan muak dengan umat-Nya dan berkata : “Juga orang Yehuda akan Kujauhkan dari hadapan-Ku seperti Aku menjauhkan orang Israel, dan Aku akan membuang kota yang Kupilih ini, yakni Yerusalem, dan rumah ini, ...” (II Raja 23:27) .


Menantikan Mesias sang penyelamat
Oleh karena kehancuran kerohanian dan moral raja-raja dan rakyat Israel, berkali-kali Tuhan mengirimkan nubuat tentang kehancuran Israel dan Bait Allah. Tuhan mengirimkan Amos, Mikha, Yesaya dll., untuk menyampaikan kehancuran Israel sebagai hukuman atas ketidaksetiaan mereka terhadap Allah dan tidak menghormati lagi Sabat. Allah akan
Reruntuhan Bait Allah Salomo / Bait Allah ke-1
meninggalkan mereka, Bait Allah akan dihancurkan, orang Israel akan tercerai-berai ke berbagai bangsa, ditawan, dibunuh hingga menjadi budak bagi bangsa-bangsa kafir. 
Sekalipun penghukum-an yang akan dijatuhkan tersebut begitu mengerikan, akan tetapi di akhir nubuatan melalui nabi-nabinya itu Tuhan Allah selalu menjanjikan pemulihan dan penyelamatan melalui Mesias (Ams 9:11-15; Mikha 5; Yes 61:1-11).
Pada tahun 606 SM genaplah segala nubuatan tentang kehancuran Israel dan Yehuda, ketika itu raja Babel, Nebukadnezar, menyerang Yerusalem dan jatuhlah kerajaan Yehuda, sehingga Babel berkuasa atas Yerusalem, mereka menawan raja Yehuda, Yoyakin, ribuan orang terhormat dan orang-orang pandai (termasuk Daniel dan teman-temannya) untuk
dipekerjakan sebagai budak di Babel. Sedangkan raja yang baru ditinggalkan-nya dengan syarat membayar upeti kepada raja Nebukadnezar.
Kehancuran total Bait Allah ke-1 terjadi pada tahun 587 SM. Dimana raja dan rakyat Yehuda menolak membayar upeti kepada Nebukadnezar, yang membuat raja Babel itu murka dan menyerang kembali Yerusalem dengan kehancuran total. Mereka menjarah sisa perbendaharaan Bait Allah yang ada. Setahun kemudian (586 SM.) Babel menghancurkan Bait Allah, dengan membakarnya, menghancurkan komplek istana dan semua bangunan di kota Yerusalem (II Raja 25:8-9; II Taw 36:18-19). Selain kehancuran Bait Allah, kerajaan Yehuda jatuh ke tangan Babel, orang Israel terdiaspora / tercerai-berai (Inilah diaspora ke-1).
 Israel Terdiaspora. Sekalipun penghukuman yang Tuhan berikan sungguh mengerikan jika Israel berbuat dosa, namun tidak henti- hentinya umat pilihan-Nya itu melakukan dosa.
Bait Allah Ke-II
Oleh karena kehancuran total Yerusalem dan kembali hidup dalam perbudakan di Babel, orang Israel kembali sadar akan kesalahannya telah meninggalkan Tuhan dan beribadah kepada dewa-dewa. Di pembuangan mereka berseru dan berdoa kepada Tuhan agar dapat kembali ke tanah air mereka dan dapat membangun Bait Allah kembali untuk beribadah kepada Tuhan. Mereka teringat akan nubuatan para nabi yang mengatakan bahwa akan lahir seorang Mesias yang akan membebaskan mereka dari perbudakan, mengembalikan kemuliaan Bait Allah dan Israel, mengembali-kan/ mengumpulkan kembali sisa-sisa Israel dari pembuangan di berbagai bangsa dan yang akan menghancurkan musuh-musuh mereka. Sejak saat itulah bangsa Israel berdoa untuk kedatangan Mesias sang penyelamat mereka.
Pembangunan Bait Allah ke-2. Tahun 538 SM, sejumlah kecil orang Israel diizinkan raja Persia kembali ketanah airnya  (mereka adalah orang-orang miskin dan para nabi) dan diberi dukungan dana untuk membangun Bait Allah yang hancur.



Saat pembuangan di Babel, Daniel mempelajari tulisan-tulisan Yeremia yang menubuatkan kembalinya bangsa Israel ke tanah air mereka dan pemulihan Bait Allah. Dan sekalipun Bait Allah telah menjadi reruntuhan, Daniel mengerti benar bahwa posisi tempat di mana Bait Allah didirikan adalah kiblat bagi orang Israel untuk beribadah dan berdoa, sehingga sekalipun Daniel berada di Babel, ia selalu berdoa menghadap ke Yerusalem. “Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.” (Dan 6:11)
Pada tahun 536 SM kerajaan Media dan Persia bangkit melawan kerajaan Babel, dan mereka menaklukkan Babel, sehingga status perbudakan orang Yahudi beralih kepada kerajaan ini. Melalui hamba-Nya, Yesaya, menubuatkan bahwa raja Persia (Koresy), akan menjadi alat untuk pemulangan orang-orang Yahudi dan pembangunan Bait Allah yang sudah hancur (Yes 44:28), sebab Tuhan sendiri yang akan menggerakkan hati raja Koresy berbelas kasihan kepada bangsa Israel untuk mengembalikan mereka ke Kanaan termasuk mengijinkan dan membiayai pembangunan Bait Allah kembali.
 Bait Allah ke-2, Tua-tua Israel yang pernah melihat kemegahan Bait Allah pertama menangis melihat Bait Allah ke-2 yang dibangun sangat sedernaha.




Dengan izin Koresy itu akhirnya pada tahun 538 SM kembalilah kira-kira 50.000 orang Israel kembali ke tanah air mereka, dibawah kepemimpinan Zerubabel, mereka mulai mengumpulkan puing-puing kota Yerusalem dan  Bait Allah untuk kembali dibangun, dan mengembalikan ibadah-ibadah persembahan korban dan hari-hari raya.
Zerubabel, yang adalah keturunan Daud, pada tahun 536 SM memulai pembangunan Bait Allah kembali. Pembangunan sempat mendapat tantangan dari orang-orang Samaria dari kerajaan Utara, dan sempat berhenti oleh karena orang-orang Lewi yang pernah melihat bait Allah sebelumnya menangis karena kemegahan Bait Allah yang sedang dibangun sangatlah jauh jika dibandingkan dengan Bait Allah sebelumnya, dan ini mengakibatkan proses pembangunan sempat terhenti selama 15 Tahun. Pembangunan ini akhirnya selesai pada tanggal 12 Maret 515 SM dengan disahkan raja Darius, raja Persia. Lebih dari itu raja juga mengembalikan perkakas Bait Allah yang dulu dirampas raja Nebukadnezar (Ezra 6:3-15). Sebuah pengenapan nubuat Tuhan tentang pemulihan Bait Allah. Inilah Bait Allah ke-2.
Setelah bangsa Israel melihat satu persatu nubuat Allah digenapi, yaitu kembalinya mereka ke tanah air di Israel secara ajaib dan dibangunnya kembali Bait Allah, maka tinggal satu lagi nubuat yang belum digenapi, yaitu datangnya seorang Mesias dari keturunan Daud yang akan membebaskan Israel dari bangsa-bangsa kafir yang menjajah mereka.
Masa pendudukan Yunani (331-164 SM)
Pada tahun 331 SM, kerajaan Yunani (Alexander Agung) menaklukkan kerajaan Media dan Persia, kerajaan Yunani berkuasa, termasuk menguasai Yerusalem. Awal-awal pendudukan Yunani, para penguasanya memperlakukan Bait Allah dengan baik, namun kepemimpinan berikutnya begitu turut campur dalam hal peribadatan, mereka menginginkan jabatan keimaman, menaruh berhala-berhala sembahan mereka ke dalam Bait Allah. Hingga puncaknya sewaktu dibawah kepemimpinan Antiochus Epiphanes yang menghentikan korban bakaran dan menajiskan mezbah Bait Allah dengan mengorbankan babi, segala binatang haram termasuk mendirikan sebuah patung berhala di ruang maha kudus, tepat seperti nubuatan Daniel sewaktu di Babel (Dan 8:23-25).
Masa “Kerajaan Yahudi Hasmone” (164-63 SM)
Sesudah segala kekejaman yang dialami oleh orang Yahudi oleh Yunani, seorang imam Yahudi bernama Mattathias memulai pemberontakan terhadap penguasa Yunani. kemudian pada tahun 164 SM, Yudas Maccabee, anak Mattathias, berhasil membebaskan Yerusalem dan menyucikan Bait Allah, melaksanakan kembali persembahan korban bakaran. Pembebasan ini dirayakan oleh orang Yahudi sebagai Hanukkah atau Hari Raya Pentahbisan (Yoh 10:22). Namun sayang, dimasa “kemerdekaan” ini Israel tidak mengalami kedamaian total, sebab pemerin-tahan yang terbentuk digerogoti oleh korupsi dan konflik internal. Fraksi-fraksi yang saling bermusuhan (Farisi dan Saduki) melumpuhkan pemerintahan. Banyak orang Yahudi yang akhirnya meninggalkan pemerintahan dan membentuk kehidupan komunal di gurun (seperti komunitas Laut Mati di Qumran).
Masa pendudukan Romawi (63 SM - 324 M)
Kemerdekaan beribadah orang Yahudi berlangsung hampir selama 100 tahun, sampai akhirnya pada tahun 63 SM Jenderal Romawi bernama Pompey menaklukan Yerusalem. Pada saat Pompey melihat betapa taat nya orang Yahudi beribadat di Bait Allah, dan begitu menghormati ruang maha kudus. Pompey penasaran dengan isi dari ruang maha kudus, ia berkata: “mungkinkah di dalam ruangan itu tersimpan  kekayaan yang begitu besar atau beberapa rahasia tersembunyi?” Melalui kekuasaannya ia memasuki Bait Allah, sekalipun sebelumnya ribuan orang Yahudi berlutut dihadapan sang jenderal dan memohon agar ia membatalkan niatnya itu, namun Pompey bersikeras ingin memasuki ruang maha kudus. Dengan membunuh banyak orang Yahudi yang berusaha menghalangi, ia merobek tirai pemisah antara ruang kudus dan ruang maha kudus, akhirnya Pompey masuk ke ruang maha kudus Bait Allah. Namun apa yang disaksikan sang jenderal? Tidak ada apa-apa! Pompey hanya melihat sebuah ruang gelap dan kosong... Setelah itu, bangsa Roma berulang-ulang menajiskan Bait Allah, namun mereka membiarkan Bait Allah tetap berdiri.
Semakin menantikan Mesias
Dari mulai penaklukkan Babel hingga didirikannya Bait Allah ke-2, bangsa Israel tidak pernah lagi menjadi negara yang merdeka, mereka selalu dibawah jajahan bangsa lain (Babel, Media-Persia, Yunani dan sekarang Romawi) dan kerajaan Romawi, adalah penjajah terkejam dalam hal memperlakukan negara jajahannya. Israel sangat menderita selama masa pemerintahan Romawi, dan hal itu membangkitkan lebih lagi kerinduan akan datangnya seorang Mesias. Sebab sepeninggalnya Daud, bangsa Israel tidak pernah lagi memiliki raja yang mempu memerintah seperti sosok raja Daud. Pada masa kepemimpinan Daud, ia adalah seorang prajurit yang tangguh dan dapat menaklukkan musuh-musuh Israel sehingga ia dapat merebut Yerusalem, menyatukan Israel Selatan dan Utara dan melindungi seluruh negeri dari kerajaan-kerajaan yang hendak menyerang. Kini, Israel selalu dalam keadaan terjajah, orang Yahudi mendambakan seorang Mesias yang dapat membawa Israel ke situasi yang lebih baik seperti Daud dulu, dan hampir semua keturunan Daud yang memimpin orang Israel hampir dianggap sebagai Mesias, sebagai contoh: Zerubabel pernah dianggap sebagai Mesias karena ia memimpin Israel kembali dari Babel dan memimpin pembangunan Bait Allah ke-2.
Bait Allah Herodes
Sekalipun para tua-tua Yahudi yang pernah melihat kemegahan Bait Allah pertama menangis jika melihat bangunan Bait Allah ke-2, namun melalui nabi-Nya yang bernama Hagai, Tuhan  berjanji bahwa Bait Allah yang kedua ini akan lebih megah dari yang pertama. “ Adapun Rumah ini, kemegahannya yang kemudian akan melebihi kemegahannya yang semula, firman TUHAN semesta alam, dan di tempat ini Aku akan memberi damai sejahtera, demikianlah firman TUHAN semesta alam.” (Hag 2:10). Tidak terpikirkan oleh orang Yahudi bagaimana kemegahan Bait Allah ke-2 bisa lebih besar dari kemegahan Bait Allah Salomo, namun cara Tuhan memang ajaib, nubuatan ini digenapi ketika bangunan Bait Allah kedua yang sederhana diperluas oleh Herodes yang Agung.
Saat Roma menguasai tanah Israel, pada tahun 37 SM Roma menempatkan Yudea di bawah pemerintahan seorang keturunan Edom yang kejam bernama Herodes. Sebagaimana halnya raja-raja yang ingin namanya dikenang sepanjang masa, Herodes juga tertarik mengabadikan namanya melalui proyek-proyek pembangunan, ia membuat bangunan-bangunan besar di Masada, Caisarea dan Tiberias, dan berikutnya ia melirik bangunan Bait Allah orang Israel yang terletak di Yerusalem. Herodes ingin membangun ulang Bait Allah tersebut dengan menambahkan identitas-identias dirinya agar namanya diabadikan dan dapat dikenang oleh generasi berikutnya. Ia berencara untuk menghancurkan Bait Allah ke-2 tersebut dan membanggunya kembali dengan kemegahan yang lebih besar.
Bait Allah Herodes,
Sekalipun Bait Allah ke-2 sangatlah sederhana namun Tuhan berjanji bahwa kemegahannya akan melebihi Bait Allah Salomo (Hag 2:10). Dan nubuat tersebuttergenapi dengan dipugarnya Bait Allah ke-2 oleh Herodes, sehingga selanjutnya Bait Allah tersebut dinamaidikenal dengan Bait Allah Herodes.

Agar orang Israel percaya bahwa penghancuran Bait Allah adalah untuk membangun kembali Bait Allah, bukan menghancurkannya secara permanen, sebelum menjamah Bait Allah itu raja terlebih dahulu mengangkut dan mempersiapkan semua bahan bangunan dan batu-batu ke bukit Moria. Dengan cara seperti itu, raja mendapat kepercayaan orang Israel untuk membongkar Bait Allah ke-II, dan pada  tahun 19 SM Herodes memulai pembongkaran dan pembangunan kembali Bait Allah, pekerjaan ini menghabiskan waktu 10 tahun dan 75 tahun kemudian untuk pekerjaan detil dan perluasannya, termasuk membangun tembok penahan raksasa untuk menahan bangunan yang sangat besar (saat ini tembok inilah bagian yang tersisa sebagai tembok Barat atau yang lebih dikenal dengan Tembok Ratapan), sebab tinggi Bait Allah ini dua kali lipat Bait Allah ke-2, dan lebarnya jauh lebih besar, sehingga ukuran keseluruhan lebih besar dari bukit Moria itu sendiri. Sejak saat itu Bait Allah ke-2 ini lebih dikenal dengan sebutan Bait Allah Herodes.
Begitulah Bait Allah dibangun ulang, bangunan ini sangat megah dan indah. Dibangun dengan kepentingan mencari nama dan kesombongan, yang dibalut dalam menyatakan dukungan kepentingan terhadap Yudaisme dan menambahkan simbol-simbol Romawi sebagai kesetiaan terhadap Roma / Kaisar (di atas pintu Bait Allah Herodes terdapat patung rajawali Romawi). Dan bagi orang Yahudi patung-patung itu mengurangi karakter Bait Allah, hingga pada tahun 4 SM terjadi huru-hara / pemberontakan orang-orang Yahudi dan menghancurkan patung rajawali Romawi tersebut. Sekalipun mereka yang terlibat pemberontakan itu dihukum secara kejam oleh Herodes, namun hal itu mengembalikan kesucian Bait Allah terhadap berhala-berhala.
Bait Allah pada masa Yesus Kristus
Setelah pembangunan ulang oleh Herodes, Bait Allah menjadi salah satu bangunan yang paling indah di dunia. Dan dampaknya, Yerusalem, kota tempat Bait Allah itu berdiri, menjadi kota yang paling terkenal di Timur. Bait Allah Herodes dibuat dari batu marmer dilapis emas sehingga dari jauh terlihat seperti gunung salju yang bersinar di bawah terik matahari. Oleh karena begitu indahnya Bait Allah yang baru ini, tidak heran orang-orang Yahudi pada zaman Tuhan Yesus – termasuk murid-murid Tuhan Yesus – begitu membanggakannya (menyombongkan) Bait Allah mereka itu. Ketika Yesus keluar dari Bait Allah, seorang murid-Nya berkata kepada-Nya: “Guru, lihatlah betapa kokohnya batu-batu itu dan betapa megahnya gedung-gedung itu!” (Mrk 13:1). Tapi tanggapan Yesus terhadap rasa bangga murid-murid-Nya sangat mengecewakan, sebab bukannya memberikan tanggapan yang penuh kekaguman yang sama, Kristus malah mengumumkan tentang kehancuran Bait Allah tersebut..., “Apa yang kamu lihat di situ—akan datang harinya di mana tidak ada satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.” (Luk 21:6).
Mesias datang, namun ditolak
Suatu malam di tahun 4 SM, di kota Betlehem, lahirlah seorang anak yang telah dinubuatkan sebelumnya dalam kitab orang-orang Yahudi (di Alkitab kita tertulis di Mikha 5:1), yaitu Mesias yang telah lama dinanti-nantikan oleh orang Yahudi. Ia keturunan Daud (I Sam 7:16 à Mat 1:1), Orang Yehuda (Kej 49:10 à Luk 1:32-33), Anak Allah (II Sam 7:14 à Ibr 1:5), Raja Israel (Yes 9:5-6 à Luk 1:32-33) dan Penyelamat Israel (Yer 23:6 à Mat 1:21). Semua spesifikasi Mesias Yahudi yang telah dinubuatkan ada pada Anak yang lahir ini, yaitu Yesus Kristus, Juruselamat dunia.
Dari sejak bayi, Yesus sudah terbiasa ke Bait Allah buatan Herodes, orang tua-Nya – Yusuf dan Maria – merupakan orang Yahudi yang taat, mereka setia beribadah di Bait Allah, dan mereka selalu membawa Yesus bersama-sama ke Bait Allah untuk beribadah dan mempersembahkan korban. Sejak kanak-kanak Tuhan Yesus senang berada di Bait Allah, yaitu untuk beribadah kepada Bapa-Nya, merenungkan Firman Tuhan dan mendengarkan pengajaran dari para imam-imam (Luk 2:42-49). Hingga dewasa dan akhirnya Yesus memasuki masa pelayanan-Nya, Ia sering mengajarkan tentang Firman Tuhan di Bait Allah, sampai akhirnya Ia menyatakan diri sebagai Mesias dan Anak Allah-pun di Bait Allah ini, dan hal tersebut merupakan pengakuan yang sangat menyakitkan bagi sebagian besar orang Israel terutama para Imam Yahudi, mereka sangat menolak Yesus sebagai Mesias. Penyebab penentangan orang Yahudi terhadap Yesus adalah karena Yesus tidak datang menjadi raja orang Yahudi, tidak mendirikan kerajaan Daud dan tidak melaksanakan Hukum Taurat secara harafiah. Dengan kata lain Yesus tidak menjadi Mesias sesuai konsep Mesias orang Yahudi. Dan mereka sangat menolak Yesus dan akhirnya membunuh-Nya di kayu salib.
Kehancuran Yerusalem dan Bait Allah Herodes
Penolakan orang Yahudi terhadap Yesus berakibat turunnya penghukuman Allah atas Israel, tepat seperti yang Yesus katakan sebelum kematian-Nya di kayu salib tentang kehancuran Bait Allah ke-2 / Bait Allah Herodes, seperti tertulis di Mrk 13:2, Lalu Yesus berkata kepadanya: “Kaulihat gedung-gedung yang hebat ini? Tidak satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan.”
Orang-orang Yahudi yang tidak percaya kepada Yesus tentunya tidak percaya akan nubuat Kristus perihal kehancuran Bait Allah Herodes. Namun nubuat tetap nubuat, perkataan Yesus akhirnya tergenapi! Tahun 66, kaum Yahudi Zelot menyulut pemberontakan terhadap kekuasaan Romawi, mereka berusaha membebaskan Yerusalem dari penjajahan Roma dan membersihkan Bait Allah dari kenajisan yang dilakukan penjajah Romawi. Perjuangan awal kaum Zelot ini sangat berhasil, baik dalam merebut Bait Allah, menguasai kota Yerusalem dan tempat-tempat lain, hingga merebut seluruh Yudea. Untuk sementara orang Yahudi dapat menguasai tempat-tempat penting mereka dan kembali beribadah dengan benar di Bait Allah. Namun Nero tidak membiarkan begitu saja kota Yerusalem lepas dari pendudukan Romawi. Nero mengirimkan komandan terbaiknya Vespasian beserta pasukannya untuk merebut kembali Yerusalem, namun oleh karena gigihnya perlawanan orang-orang Zelot dalam mempertahankan Yerusalem, sekalipun pasukan Roma berhasil merebut Yudea akan tetapi mereka gagal dalam merebut kota Yerusalem. Tahun 69, Kaisar Nero wafat, membuat Vespasian kembali ke Roma dan menggantikan Nero sebagai kaisar Roma yang baru, sedangkan perjuangan di Yerusalem ia percayakan kepada anaknya jenderal Titus. Dibawah kepemimpinan Titus, tentara Romawi mengepung dari 4 penjuru kota Yerusalem sebagai cara untuk memutus jalur keluar masuknya pasokan makanan dan persenjataan. Tidak ada satupun orang Yahudi yang bisa keluar atau masuk kota Yerusalem, mereka terisolasi untuk waktu yang cukup lama sehingga tidak sedikit penduduk Yerusalem mati kelaparan, atau sebagian lagi melakukan kanibalisme untuk bertahan hidup.
Puncak penge-pungan kota Yerusalem terjadi pada tahun 70, dimana Titus beserta 4 garnisun sekaligus membelah tembok Yerusalem, memasukinya, membunuh orang-orang di dalamnya dan membakar seisi kota. Di dalam kekacauan tersebut, Titus meminta nasihat para komandannya mengenai nasib Bait Allah Herodes, haruskah dibiarkan berdiri atau dihancurkan seperti bangunan-bangunan lain di Yerusalem? Akhirnya Titus memberikan perintah khusus agar Bait Allah Herodes tidak disentuh. Tapi sayang, sebelum perintah sampai ke pasukannya, Bait Allah sudah terbakar. Tepat seperti yang dinubuatkan Daniel. Pada waktu Bait Allah terbakar, emas yang melapisi dinding Bait Allah meleleh dan mengalir di sela-sela batu. Kemudian dalam usaha untuk mendapatkan emas, tentara Romawi mencongkel tiap batu-batu dinding Bait Allah, sehingga dengan tepat menggenapi nubuatan Yesus yang mengatakan bahwa “Tidak satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan.” (Mrk 13:2). Inilah kehancuran Bait Allah Herodes, Roma telah menang, Yerusalem luluhlantak dan kembali jatuh ke tangan Roma. Tahun berikutnya, Titus dengan bangganya membuat perarakan kemenangan memasuki Roma di hadapan ayahnya, Vespasian. Dengan membawa sejumlah tawanan, perbendaharaan Bait Allah seperti Menorah, meja roti sajian dan gulungan kitab Taurat.
   
 

Reruntuhan Bait Allah Herodes / Bait Allah ke-II



Arch of Titus. Dibangun pada tahun 81 M di kota Roma untuk memperingati kemenangan Titus atas Yerusalem tahun 70 M. Tampak pada relief perbendaharaan Bait Allah Herodes yang dijarah oleh tetara Romawi dan dibawa ke Roma.



Israel terdiaspora (Diaspora ke II)
Untuk sementara keadaan Yerusalem tenang, hingga pada tahun 132-135 orang-orang Yahudi kembali melakukan perlawanan besar terhadap penjajah Romawi (yang dikenal dengan perang Bar Kokhba revolt / pemberontakan kedua Yahudi. Pemberontakan disebabkan oleh karena Kaisar Hadrianus melakukan pembangunan kuil kafir bagi dewa Jupiter di atas reruntuhan Bait Allah dan menjadikannya kota bernama “Aelia Capitolina”. Dipimpin oleh Simon Bar Kokhba, setidaknya 300.000 orang Yahudi dari seluruh Yudea mengangkat senjata melawan kekaisaran Roma. Tidak mau terulang akan kekalahan pasukan Roma seperti waktu melawan kaum Zelot dulu, Roma mengirimkan 12 legium pasukan berjumlah sekitar 100.000 orang untuk menghentikan pemberontakan ini. Sekalipun merupakan perang yang alot, namun dengan kekuatan sebesar itu, pasukan Roma akhirnya dapat menghentikan pemberontakan orang-orang Yahudi. Dampak dari perang ini, setidaknya 580.000 orang Yahudi tewas, 50 kota luluh lantak dan 985 desa dihancurkan. Dan untuk menghapus selamanya ke-Yahudi-an di tanah Yudea/Israel, kekaisaran Roma mengganti nama propinsi Yudea itu menjadi Palestina, sesuai nama daerah sekitarnya yaitu Filistine.
Dengan keberhasilan Romawi kembali merebut Yerusalem dan seluruh Yudea, mengakibatkan terseraknya orang-orang Israel yang masih hidup hampir ke seluruh penjuru dunia (diaspora), mereka meninggalkan Israel dan membentuk komunitas-komunitas Yahudi di seluruh Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah. Hanya sedikit saja yang tinggal di negeri mereka sendiri (kebanyakan menetap di Galilea), sekalipun sedikit keberadaan orang-orang Yahudi tetap ada di tanah Palestina.
Di setiap negara yang ditinggali, mereka tetap tidak mengalami kedamaian, kehidupan mereka tidak menentu, senantiasa diliputi ketakutan dan kecemasan, bahkan nyawa mereka pun terancam, persis seperti yang telah Tuhan peringatkan di Ulangan 28:18-68, yaitu tentang kutuk yang akan diterima jika mereka tidak setia kepada Tuhan. Tidak berbeda dengan nasib yang terdiaspora, mereka yang tetap tinggal di tanah Palestina (nama baru Yudea) mengalami penderitaan yang sama. Sejak tahun 70 M, orang-orang Israel yang tertinggal mengalami penindasan dari berbagai negara kuat, namun kerinduan mereka untuk kembali membangun Bait Allah selalu mereka usahakan, seperti usaha-usaha pada masa berikut ini :
•   Kekaisaran Romawi (s.d. tahun 324)
Tahun 313, Kaisar Constantine “bertobat” dan memeluk agama Kristen, kemudian ia memberi status resmi agama Kristen sebagai agama resmi kekaisaran Romawi (tapi perlu diingat bahwa kekristenan yang dianut Romawi ini bukanlah kekristenan sejati seperti yang Tuhan Yesus dan rasul-rasul ajarkan, namun merupakan sinkretisme/ perpaduan antara kekristenan dan penyembahan berhala Romawi), kekristenan Romawi ini segera menjadi batu penjuru bagi kekristenan di Eropa. Hampir semua kuil penyembahan berhala dan patung-patungnya dihancurkan lalu digantikan oleh tempat-tempat penyembahan Kristen. Di Yerusalem, banyak tempat kudus kekristenan dibangun untuk menghormati tempat-tempat bersejarah kekristenan dan menjadikannya tempat ziarah bagi masyarakat Romawi / Eropa.
Dengan menjadi Kristen-nya kekaisaran Romawi, ternyata berdampak buruk bagi nasib bangsa Yahudi dan Bait Allah-nya. Para penganut Kristen yang “fanatik” mulai melakukan anti-semitis, yaitu membenci Yahudi, yang dianggap telah membunuh Yesus yang kini merupakan Tuhan mereka.
•   Kemaharajaan Romawi Kristen Bizantium (324-638)
Untuk mempermudah pengaturan kekuasaan Romawi yang semakin besar, akhirnya kekaisaran Romawi dibagi dua menjadi kekaisaran Romawi Barat dan kekaisaran Romawi Timur. Palestina berada di daerah kekaisaran Romawi Timur, yang berpusat di Konstantinopel (sekarang Istambul, Turki) dengan peradabannya disebut Bizantium.
Pada tahun 363, sewaktu kaisar Julian menjadi kaisar Romawi Timur -- ia merupakan kaisar yang berpihak kepada orang Yahudi dan membenci kekristenan -- mengijinkan orang-orang Israel membangun kembali Bait Allah yang telah hancur dengan dukungan penuh darinya termasuk dalam penyediaan bahan baggunannya. Rencana pembangunan Bait Allah ini tentunya mendapat perhatian khusus dari masyarakat Roma yang telah menjadi Kristen, mereka melihat bahwa usaha pembangunan ini sebagai penggenapan Dan 11:31 dimana seorang Antikris akan duduk di Bait Allah, yaitu “kekejian yang membinasakan” (oleh sebab itu Julian dikenal / disebut sebagai Julian the Apostate atau “Julian si murtad”, yaitu julukan kepada Antikris). Disisi lain, yaitu bagi orang-orang Yahudi, rencana Julian ini merupakan harapan kudus bagi datangnya Mesias dan berdirinya kembali lagi Bait Allah mereka.
Sebagai kaisar, tentu tidak ada yang dapat menghentikan keinginannya untuk mendirikan Bait Allah. Pembangunan pun dimulai, orang-orang Yahudi yang masih tinggal di tanah Israel berkumpul, menyiapkan batu-batu, memahat-nya dan memulai pekerjaan pembangunan kembali Bait Allah. Namun sesuatu yang Ilahi terjadi, pada tanggal 20 Mei 363 yaitu pada saat para pekerja mulai membersihkan fondasi Bait Allah dari reruntuhan, tiba-tiba terjadi gempa bumi (dikenal juga dengan “Galilee Earthquake of 363”). Gempa bumi ini sangat besar sehingga menghancurkan semua bebatuan yang telah dipersiapkan. Pupus sudah harapan selama 200 tahun bagi orang-orang Yahudi untuk kembali membangun kembali Bait Allah mereka, dan bagi orang Kristen Roma, kejadian ini membuktikan kesalahan bangsa Yahudi terhadap Allah. Mulai saat itu kebencian orang-orang Kristen Roma terhadap Yahudi semakin besar lagi. Mereka membuat lebih banyak lagi tempat-tempat kudus dan bangunan gereja di sekitar Bait Allah Yahudi, sedangkan diatas pondasi Bait Allah itu sendiri sengaja mereka biarkan dan menjadikannya sebagai tanah pembuangan, termasuk membuang kotoran hewan sebagai penghinaan, sehingga salah satu nama pintu gerbang menuju bukit Bait Allah bernama Dung Gate (atau pintu gerbang kotoran hewan, sebab “dung” berarti kotoran hewan atau pupuk kandang).

• Periode Persia (614-629)
Pada tahun 614 kota Yerusalem yang dikuasai pasukan Bizantium dikepung oleh pasukan Sassania dari Persia (sekarang Irak). Oleh karena penindasan yang dilakukan Bizantium terhadap orang-orang Yahudi begitu besar, maka orang-orang Yahudi Palestina bangkit dan bergabung dengan pasukan Persia untuk melawan pendudukan Bizantium. Dalam waktu 21 hari melawan pemberontakan dari dalam (oleh orang Yahudi) dan penyerangan dari luar (oleh Persia) akhirnya membuat kekaisaran Roma Timur tersebut kalah, dan Yerusalem kini dibawah kekuasaan Persia. Sekalipun kekuasaannya sangat singkat, hanya sekitar 15 tahun, namun hampir semua bangunan gereja dan biara yang telah dibangun oleh Bizantium dimusnahkan.
Pada tahun 629 kekaisaran Roma kembali ke tanah Palestina dengan kekuatan penuh untuk merebut kembali Yerusalem dari tangan Persia, hingga mulai tahun itu hingga tahun 638 Yerusalem kembali dalam kekuasaan Bizantium.
•   Periode Islam (638-1099)
Dalam menyebarkan agama Islam, orang-orang Arab (saat ini Arab Saudi) bergerak ke Utara, hingga tahun 636 mereka sudah berhadapan dengan militer Bizantium di wilayah Palestina, hingga akhirnya mereka terus menekan dan mengalahkan kekaisaran Roma itu pada tahun 638. Yerusalem kini dikuasai bangsa Arab pimpinan Kalifah Umar (pengganti kedua Muhammad). Berbeda dengan masa Bizantium, Kalifah Umar sangat menghormati orang-orang Yahudi dan Kristen (Kristen sejati, bukan Kristen Roma Bizantium sebab mereka sudah kembali  ke Eropa) mengakibatkan tumbuhnya 3 agama sekaligus dalam satu kota.  Kalifah umar tidak menghancurkan dan mempersilakan bangunan-bangunan gereja peninggalan Bizantium tetap berdiri namun menolak bersembahyang di gereja sekalipun dipersilakan oleh tua-tua Yerusalem. Argumentasinya adalah, “Jika saya sembahyang di gereja, itu akan menjadi kerugian bagi kalian, sebab umat muslim akan merampasnya dengan alasan: Umar pernah sembahyang di sini,” dan bagi orang-orang Yahudi, Umar mengizinkan mereka tinggal di Barat Daya Bait Allah (saat ini dikenal dengan sebutan Western Wall), membersihkan Bukit Bait Allah dan memberi kebebasan untuk mereka berdoa di reruntuhan Bait Allah. Akhirnya ketiga agama ini hidup berdampingan, karena memiliki kesadaran akan kesamaan-kesamaan men-dasar, seperti: Sama-sama keturunan Abraham / Ibrahim dan sama-sama mengakui Yesus, baik sebagai Mesias (Kristen) atau Nabi (Islam).
Berkembangnya ketiga agama tersebut lama-kelamaan menjadi akar permasalahan yang sangat rumit bagi ketiga agama itu sendiri, sebab banyak tempat yang sama diklaim sebagai tempat kudus agama yang berbeda. Sebagai keturunan Ibrahim dan memelihara jejak-jejak Nabi Muhammad di Bukit Bait Allah, maka Islam-pun mengerti akan kekudusan Yerusalem sebagai tempat / titik penting dalam keagamaan mereka. Karena itu, pada tahun 691-692, Abd al-Malik membangun apa yang sekarang kita kenal sebagai Dome of the Rock / kubah batu sebagai monumen dan tempat untuk “Batu Karang Kudus” yang berharga, tetapi itu berarti tempat itu berdiri tepat di atas titik Ruang Maha Kudus Bait Allah Yahudi. Selain itu, untuk mengimbangi bangunan-bangunan gereja peninggalan Bizantium, mereka juga mendirikan sebuah masjid di Bukit Bait Allah di sebelah kubah batu yang kita kenal sekarang sebagai masjid Al-Aqsa. Bagi orang Yahudi, dibangunnya kubah batu tepat di atas titik ruang maha kudus Bait Allah membuat patah harapan mereka yang tinggal di Yerusalem bagi didirikannya kembali Bait Allah.
Tahun-tahun berikutnya, tetap silih-berganti kerajaan dan bangsa-bangsa merebut Yerusalem, sehingga mustahil bagi orang Yahudi untuk kembali mendirikan Bait Allah, seperti :
•          Tentara perang salib Eropa (1099-1187)
•          Kerajaan Mamluk (1250-1517)
•          Turki Ottoman (1517-1918) dan
•          Mandat Inggris (1918-1948). 
Memasuki era sinagoga
Bagi mereka yang tinggal di negeri asing dan di tanah Palestina, tahun-tahun penderitaan mereka diisi oleh pengharapan dan doa-doa untuk pemulihan. Di negara manapun orang-orang Yahudi berada, mereka menyediakan waktu untuk menghadap Yerusalem dan berdoa bagi pemulihan Israel, berkumpulnya lagi bangsa Israel dan pembangunan kembali Bait Allah. Dengan hancurnya Bait Allah kedua, dunia orang Yahudi kehilangan pusatnya. Sebagai gantinya, dalam melaksanakan ibadah kepada Tuhan orang-orang Yahudi mendirikan sinagoga-sinagoga di negara dimana mereka tinggal.
Sinagoga, berasal dari bahasa Yunani synagogÄ“ memiliki berarti “berkumpul bersama” atau eba yang berarti “jemaah” dalam bahasa Ibrani. Pengertian awal sinagoga bukanlah sebuah bangunan / tempat ibadah, melainkan sebuah “persekutuan” diantara kelompok kecil  orang Yahudi untuk membaca Taurat. Pada waktu masa pembuangan bangsa Israel ke Babel abad ke-6 SM, sinagoga menjadi sangat penting, sebab dengan ketidakadaan Bait Suci, dalam beribadah satu-satunya cara bagi orang-orang Yahudi adalah beribadah di sinagoga. Mereka berkumpul, berdoa, membaca kitab Taurat, melaksanakan hari-hari raya
kurban dan mengumpulkan persembahan bagi pembangun-an Bait Suci kelak. Dengan terulangnya masa diaspora bangsa Israel seperti pada masa Babel dulu, maka sinagoga dikembangkan kembali sebagai pengganti Bait Allah untuk tempat beribadah kepada Tuhan. Di negara manapun, dimana terdapat orang Yahudi, maka disitu pasti didirikan sinagoga, tempat berkumpul untuk beribadah (Kis 13:14-15), berdoa, bersekolah, belajar Kitab Suci (Kis 14:1), berdebat tentang Taurat (Kis 17:17), menyelengarakan pengadilan, dan mengumpulkan persembahan secara khusus bagi didirikannya kembali Bait Allah di Yerusalem. Di setiap sinagoga terdapat gulungan-gulungan Taurat yang jika sedang tidak digunakan disimpan di sebuah tabut yang menghadap ke Yerusalem.
Mengapa Bait Allah tidak bisa dibangun
Berulang-ulang kali bangsa Israel mencoba untuk membangun Bait Allah-nya yang telah hancur pada tahun 70 M. Namun berulang-ulang kali juga mereka gagal. Kegagalan terjadi baik akibat penjajahan sampai terjadinya bencana alam. Mengapa Rumah Tuhan tersebut tidak dapat di bangun kembali ?
Penjajahan dan kehancuran Bait Allah yang terjadi adalah akibat dari kesalahan yang dilakukan bangsa Israel sendiri yang berubah setia terhadap Allah. Setiap bangsa yang datang menguasai Israel adalah atas seizin Tuhan sendiri sebagai penghukuman terhadap dosa Israel (II Taw 6:36). Awal kejatuhan Israel yang terutama adalah pada saat Raja Salomo melakukan dosa dengan mengambil istri-istri dari bangsa-bangsa kafir yang menyebabkan Salomo menyembah allah lain sembahan istri-istri tersebut. Tuhan tidak langsung menghukum kerajaan Israel pimpinan Salomo karena Tuhan menghormati Daud, ayah Salomo. Namun setelah Salomo mati, pada tahun 930 SM kerajaan Israel terpecah dua menjadi Kerajaan Selatan/ Yehuda/ Yerusalem dan Kerajaan Utara/ Israel/ Samaria. Terpecahnya Israel menjadi dua juga adalah merupakan penghukuman dari Tuhan (I Raja 11:29-39; 12:15), namun mereka tidak juga sadar dan menambah dosa mereka terhadap Tuhan. Dua kesalahan utama Israel dan Yerusalem terhadap Tuhan adalah :
•          Berubah setia dari Allah kepada penyembahan berhala (II Taw 7:19-20)
•          Melalaikan Sabat (II Taw 36:21). Tuhan memerintahkan kepada bangsa Israel untuk tidak mengusahakan tanah mereka selama 1 tahun setiap 7 tahun sekali (Im 25:1-7). Selama masa Sabat itu orang Israel tidak boleh bercocok tanam maupun mengusahakan tanah (membiarkannya tandus) sebagai tahun perhentian / Sabat bagi Tuhan.
Akan tetapi mereka melanggar kedua perintah Tuhan yang penting itu. Oleh sebab itu Tuhan menjatuhkan penghukuman atas mereka dan membuat bangsa Israel “tandus” dan terdiaspora.
•          Diaspora kerajaan Utara (Israel). Kerajaan Utara lebih dulu terdiaspora yaitu pada tahun 722 SM oleh kerajaan Asyur (II Raja 17:6-7). Raja Asyur mengadakan pembuangan besar-besaran terhadap penduduk Israel dan menempatkan mereka di daerah Asyur di kota Halah (kini sekitar Suriah dan Irak).
•          Diaspora kerajaan Selatan (Yehuda). Kerajaan Selatan terdiaspora tahun 586 SM oleh kerajaan Babel. Bukan hanya itu, Nebuzaradan, utusan Nebukadnezar raja Babel membakar Bait Allah dan seluruh bangunan di Yerusalem (II Raja 25:8-17). Sedangkan penduduknya di tawan ke Hamat (Suriah) dan tempat-tempat lain yang tidak diketahui nama modernnya seperti Tel Abib, Tel Hasra, S. Keber, S. Ahawa, Kerub, dll.
Itulah penghukuman yang harus di jalani oleh Israel dan Yerusalem oleh karena mengabaikan Tuhan dan melupakan Sabat, dan penghukuman itu adalah selama 430 tahun. Selama itulah orang Israel akan terdiaspora, dan tanah Israel menjadi tandus (sesuai tahun-tahun Sabat yang mereka lalaikan).
430 Tahun Israel menjadi tandus
Darimana angka 430 didapat? Yeh 4:5-6, Beginilah Aku tentukan bagimu: “Berapa tahun hukuman kaum Israel, sekian harilah engkau menanggung hukuman mereka, yaitu tiga ratus sembilan puluh hari. Kalau engkau sudah mengakhiri waktu ini, berbaringlah engkau untuk kedua kalinya, tetapi pada sisi kananmu dan tanggunglah hukuman kaum Yehuda empat puluh hari lamanya; Aku menentukan bagimu satu hari untuk satu tahun.” Yehezkiel ditugaskan untuk berbaring sebagai perlambang jumlah tahun Israel dan Yehuda berbuat dosa. Tiga ratus sembilan puluh tahun (1 hari Yehezkiel =1 tahun bagi Tuhan) ini tampaknya mencakup masa kerajaan Salomo hingga jatuhnya Yerusalem, sedangkan empat puluh tahun tambahan yang dikenakan kepada Yehuda mungkin mewakili masa pemerintahan Manasye yang amat jahat, yang mempengaruhi Yehuda selama sisa sejarahnya (II Raja 21:11-15). Karena dua kerajaan ini adalah merupakan satu bangsa yaitu Israel, jadi total penghukuman yang bangsa Israel harus jalani adalah 430 tahun (penjumlahan dari 390 dan 40). Selama itulah seharusnya bangsa Israel akan tercerai-berai dan tanahnya menjadi tandus.
Oleh karena melalaikan Sabat – yaitu orang Israel tidak membuat tandus tanahnya namun tetap mengusahakan tanahnya dengan serakah pada waktu-waktu Sabat – maka penghukuman yang Tuhan berikan adalah menanduskan tanah Israel. Tidak ada yang bisa mengusahakan tanah Israel selama waktu penghukuman itu, jangankan mengusahakan-nya untuk menginjakkan kaki ke tanah air mereka sendiri saja tidak bisa sebab mereka tercerai-berai ke negeri-negeri asing. Oleh karena “ketandusan” ini pula maka bangsa Israel tidak bisa mendirikan Bait Allah-nya. Tanah mereka total tidak dapat diusahakan dan  beristirahat sebagai ganti tahun-tahun sabat yang dilewati oleh bangsa Israel (Im 26:34-35).
Janji pengampunan
Yeremia 29:10-14: Sebab beginilah firman TUHAN: “Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini... Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, ... Aku akan memulihkan keadaanmu dan akan mengumpulkan kamu dari antara segala bangsa dan dari segala tempat ke mana kamu telah Kuceraiberaikan, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan mengembali-kan kamu ke tempat yang dari mana Aku telah membuang kamu.”  (lihat juga Yer 25:11-12) Sekalipun penghukuman sudah di jatuhkan, tetapi Tuhan masih memberikan kesempatan bagi bangsa Israel untuk bertobat, Tuhan bermurah hati dengan menawarkan pengampunan bagi bangsa Israel jika mereka mau bertobat dan kembali kepada-Nya. Selama 70 tahun saja mereka harus menanggung penghukuman dan dapat kembali ke negeri asal mereka, dan Tuhan akan menghapuskan sisa masa hukuman yang 360 tahun (430 dikurangi 70). Beberapa orang menanggapi tawaran Tuhan itu, dan mereka bertobat sehingga orang-orang kembali ke Israel seperti kitab Ezra 1-2 mencatat, bahwa pada tahun 536. Pada tahun itulah rombongan pertama kembali ke Israel di bawah pimpinan Zerubabel (ayat Ezr 1:2; 3:8; Hag 1:1,14 dan Za 4:9). Sekitar 50.000 orang kembali dan mulai membangun kembali Bait Suci Salomo yang telah hancur.
Tujuh kali lipat
Seperti julukannya sebagai bangsa yang tegar tengkuk, ternyata sekalipun Tuhan memberikan tawaran pengampunan dan janji pemulangan atas mereka yang terdiaspora, akan tetapi sebagian besar bangsa Israel tidak mau kembali ke tanah air mereka. Hanya sebagian kecil saja yang mau kembali (Ezr 1:5) dan beribadah kepada Tuhan, itupun hanya orang-orang yang miskin saja, sedangkan sebagian besar dari mereka tidak mau bertobat dan lebih memilih hidup di tempat mereka tinggal saat itu. Mereka yang tinggal adalah orang-orang yang telah berhasil dan menjadi kaya di pembuangan, sekalipun sebagai penyokong dana untuk pembangunan Bait Allah, mereka lebih memilih tetap tinggal dari pada harus kembali ke Israel yang tidak jelas dimana mereka harus tinggal selanjutnya. Oleh sebab itu Tuhan kembali murka kepada orang-orang pilihannya ini dan bukannya penghapusan penghukuman yang Tuhan berikan tetapi membuat sisa hukuman menjadi 7X lipat, seperti hukum Tuhan yang diberikan kepada bangsa Israel melalui Musa dalam Imamat 26:18,21 : “Dan jikalau kamu dalam keadaan yang demikianpun tidak mendengarkan Daku, maka Aku akan lebih keras menghajar kamu sampai tujuh kali lipat karena dosamu, Jikalau hidupmu tetap bertentangan dengan Daku dan kamu tidak mau mendengarkan Daku, maka Aku akan makin menambah hukuman atasmu sampai tujuh kali lipat setimpal dengan dosamu.”
Jadi, karena bangsa Israel tidak mau bertobat, sisa hukuman 360 tahun yang seharusnya dihapuskan, malah Tuhan jadikan tujuh kali lipat! Yaitu menjadi 2.520 tahun (360 x 7). Selama itulah Israel akan kembali tandus dan orang Israel tidak akan bisa membangun Bait Allah-nya. TIDAK AKAN PERNAH BISA! kecuali sampai masa penghukuman itu berakhir. Ingat pada waktu kaisar Julian mendukung penuh pembangunan Bait Allah pada tahun 363 M, sekalipun segala bahan telah siap untuk memulai pembangunan Bait Allah, namun Tuhan mendatangkan gempa yang luar biasa besar sehingga terhentilah pembangunannya.
Kapan penghukuman itu akan berakhir?
Kita akan menghitung sekarang... Tapi, karena 2.520 tahun hukuman yang Tuhan berikan adalah tahun Yahudi maka kita akan ubah dahulu tahun yang digunakan menjadi tahun Masehi/Julian seperti yang digunakan penanggalan secara Internasional :
-           1 tahun Yahudi = 360 hari (berdasarkan 12x perputaran bulan terhadap bumi).
-           2.520 tahun = 907.200 hari Yahudi
-           1 tahun Masehi/Julian = 365,25 hari (berdasarkan 1x perputaran bumi terhadap matahari)
-           907.200 / 365,25 = 2.483,7 tahun Masehi.
Jadi masa penghukuman / diaspora yang harus dijalani bangsa Israel adalah 2.483,7 tahun Masehi. Itu berarti dari gelombang pertama kembalinya bangsa Israel yang sudah menjalani 70 tahun pembuangan pimpinan Zerubabel tahun 536 akan berakhir pada tahun 1948...  Yang di dapat dari 2.483 - 536 + 1 = 1948. Ditambah 1 karena peralihan antara tahun 1 sebelum Masehi ke tahun 1 Masehi tidak terdapat tahun 0, akan tetapi ada celah satu tahun, sehingga perhitungan-perhitungan tahun yang melewati peralihan SM dan M harus ditambah 1 tahun. Sehingga kita dapatkan bahwa masa berakhirnya penghukuman Israel adalah tahun 1948, tepat seperti tahun kemerdekaan bangsa itu. Itu berarti tanah Israel akan kembali “subur” dan siap untuk ditaburi, ditanami, diusahakan dan dibangunnya kembali Bait Allah mereka.
Pohon Ara bertunas,
akhir zaman sudah diambang pintu
Tahun berganti tahun, masa berganti masa, dan lebih dari 2.520 tahun sudah bangsa Israel terhukum, tandus dan terdiaspora, mereka tinggal di bangsa-bangsa sebagai pendatang tanpa pernah bisa kembali ke tanah air mereka di Israel. Demikian juga dengan Bait Allah mereka, lebih dari 1.900 tahun sudah bangunan Bait Allah telah menjadi reruntuhan tanpa bisa dibangun kembali. Bagaimana bisa dibangun, jika mereka masih tinggal terpencar-pencar di antara bangsa-bangsa yang berjauhan jaraknya.
Namun akhirnya penghukuman pun berakhir. Pada tanggal 14 Mei 1948 Israel merdeka, dalam Mat 24:32 Tuhan Yesus berkata: “Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara: Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat.” Perkataan ini adalah nubuat Tuhan Yesus tentang pemulihan Israel di suatu waktu. Dengan dikatakan-Nya “... Rantingnya melembut dan mulai bertunas...” membuktikan bahwa Israel yang mengalami tanah “tandus” mulai dipulihkan, masa penghukuman Israel telah selesai. Israel subur kembali dan siap menjalani hidup sebagai bangsa. (Lih. Art. “Pemulihan Israel, tanda spesifik akhir zaman pertama” di Buletin Doa edisi 130/Agustus 2009).
Bagaimana kelanjutan usaha mereka untuk mendirikan Bait Allah ke-3, bagaimana persiapan orang-orang Israel dalam usaha mendirikan Bait Allah-nya kembali, apa hubungan pembangunan Bait Allah ke-3 dengan kita Gereja-Nya, dan mengapa pembangunan tersebut sebagai tanda akhir zaman? (Vs.)
Pustaka :
- Donald C. Stamps M.A., M.Div., “The Full Life Study Bible”; Life Publishers
     International.
- Garry M. Burge, “Whose Land, Whose Promise?”; Pilgrim Press.
- Thomas Ice & Randall Price, “Pembangunan kembali Bait Allah”.
- Trias Kuncahyono, “Jerusalem - Kesucian, Konflik dan Pengadilan Akhir”; Kompas.
- Peter Wongso, Dr., “Hermeneutika Eskatologi”, SAAT.
- Sami Awwad, “The Holy Land in Color, One Land -Tree Religions”; Golden Printing
  Press Jerusalem.
- Wikipedia.org

Diambil dari Buletin Doa
 

No comments:

Post a Comment