Seri Akhir Zaman Bagian ke-18
PEMBANGUNAN BAIT ALLAH KE - 3
Untuk kedatangan-Nya yang ke-dua kali Tuhan
memberikan tanda bagi “orang-orang dekat-Nya.” Melalui Alkitab, Tuhan
menuliskan segala tanda-tanda kedatangan-Nya agar Gereja (sebagai
mempelai wanita-Nya) bersiap-siap menyambut kedatangan Mempelai
Pria-nya, yaitu Kristus. Ada dua tanda yang Tuhan berikan bagi
Gereja-Nya:
I. Tanda Umum (Mat 24:5-14)
II. Tanda spesifik :
• Pemulihan Israel, yaitu kembalinya orang-orang Yahudi dari
seluruh dunia ke tanah air mereka di Israel dan mendirikan kembali
negara Israel (lihat Buletin Doa edisi 130)
• Pemulihan Romawi, yaitu bersatunya negara-negara Eropa
(kekaisaran Romawi modern) menjadi satu kekuatan dunia (lihat Buletin
Doa edisi 131-132).
• Persiapan pembangunan Bait Allah ke-3. (akan dibahas pada edisi ini)
Mengapa pembangunan Bait Allah ke-3 merupakan tanda kedatangan Tuhan Yesus kedua kali? Simak penjelasan berikut ini ...
Antikris akan menyatakan diri sebagai Allah di Bait Allah
“Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang
bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad
dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa,
yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang
disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau
menyatakan diri sebagai Allah.” (II Tesalonika 2:3-4)
Saudara, setelah pengangkatan / rapture terjadi, Antikris akan
muncul dan akan menyatakan diri sebagai Mesias, dan ia akan memasuki
Bait Allah, duduk di tempat kudus-Nya dan menyatakan diri sebagai
Allah. Itulah cita-cita iblis dari semula, yaitu ingin menjadi sama
seperti Allah, duduk di takhta-Nya dan disembah oleh seluruh ciptaan
Allah. Akhir zaman adalah satu-satunya kesempatan bagi iblis untuk
melaksanakan keinginannya untuk “menjadi Tuhan,” sebab pada saat 7 tahun
masa kesusahan besar segala penghalang (yaitu Roh Kudus dan
Gereja-Nya) sudah tidak ada lagi (karena sudah diangkat dalam
pengangkatan, II Tes 2:7-8a) sehingga iblis dapat melaksanakan segala
rencana jahatnya itu melalui Antikris.
Sebenarnya sudah dua kali iblis berencana untuk duduk di takhta
Allah dan ingin menyamai yang Maha Tinggi. Pertama, pada waktu iblis
sebagai malaikat Tuhan bernama Lucifer, ia hendak duduk di takhta Allah
(Yes 14:12-14), dan oleh karena niatnya itu Lucifer dilemparkan dari
surga ke bumi menjadi iblis seperti sekarang ini. Kedua, adalah pada
saat pertengahan 7 tahun masa kesusahan besar iblis kembali ingin duduk
di takhta Allah di surga, ia dan segenap bala tentara iblis akan
menyerang surga, berharap dapat merebut takhta Allah dan menyatakan
diri sebagai Allah, namun belum juga sampai ke surga, Mikhael beserta
malaikat-malaikatnya menghadang iblis, dan terjadilah peperangan. Dalam
peperangan yang tidak seimbang itu iblis tidak dapat bertahan dan
dilemparkan ke bumi lagi (Why 12:6-9). Di bumi iblis sangat marah
terhadap seluruh penduduk dunia, terutama ia sangat marah terhadap
orang Israel dan orang-orang Kristen tertinggal sebagai umat-umat
pilihan Allah.
Oleh karena gagal duduk di tempat kudus-Nya di surga untuk kedua
kalinya, Iblis -- melalui Antikris -- akhirnya melaksanakan niatnya itu
di bumi. Antikris datang ke Yerusalem di Israel, sebab di Israel
terdapat tempat takhta Allah di bumi, yaitu Bait Allah-nya orang
Israel, lalu ia masuk dan menyatakan dirinya sebagai Allah di situ.
Bait Allah akan dibangun... Pasti dibangun
Dengan masuknya Antikris ke dalam Bait Allah dan duduk di tempat
kudus-Nya, itu membuktikan bahwa suatu saat di Israel akan berdiri
bangunan Bait Allah (yaitu waktu setelah pengangkatan terjadi). Sebab
tidak mungkin Antikris bisa masuk ke dalam Bait Allah tanpa ada
bangunannya. Perhatikan urut-urutan ini :
• Antikris hanya dapat masuk ke dalam Bait Allah jika Bait Allah itu ada / sudah dibangun.
• Bait Allah dapat dibangun jika orang-orang Israel sudah mempersiapkan pembangunan-nya.
• Antikris hanya dapat masuk ke Bait Allah jika ia sudah menyatkan diri.
• Antikris hanya dapat menyatakan diri jika Roh Kudus dan Gereja-Nya sudah tidak ada / diangkat.
• Jadi urutannya adalah : Pengangkatan -› Antikris muncul
-› Bait Allah dibangun -› Antikris masuk ke Bait Allah dan menyatakan
diri sebagai Allah.
Dari urut-urutan tadi, kita dapat melihat bahwa jika orang-orang
Israel mempersiapkan membangun Bait Allah, itu berarti pengangkatan
sudah dekat, sudah di ambang pintu. Sebab pengangkatan akan mendahului
pembangunan Bait Allah.
Bukti berikutnya bahwa Bait Allah akan dibangun adalah: Kemudian
diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya,
dengan kata-kata yang berikut: “Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah
dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya. Tetapi kecualikan
pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya,
karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan
menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya.” (Why 11:1-2)
Dalam suatu penglihatan Rasul Yohanes diberi perintah oleh Tuhan untuk
mengukur Bait Allah, padahal wahyu tersebut ditulis sekitar tahun 90 M,
dimana di Israel sudah tidak ada lagi Bait Allah karena sudah
dihancurkan oleh Romawi pada tahun 70 M. Dari firman Tuhan itu kita
dapat melihat bahwa di akhir zaman, yaitu dimasa 3,5 tahun kesusahan
besar (ditunjukan dengan empat puluh dua bulan) akan ada bangunan fisik
Bait Allah.
Mengapa harus dibangun?
Untuk mengerti tentang Bait Allah maka kita harus mengerti dahulu
sejarah Bait Allah, sehingga kita akan megerti mengapa Bait Allah harus
dibangun, dimana Bait Allah harus dibangun, dan hubungan dengan tanda
kedatangan Tuhan Yesus kedua-kali.
Mezbah Abraham
Pada
waktu Abraham disuruh Tuhan untuk meninggalkan tanah Ur ke negeri yang
akan Tuhan tunjukkan, Abraham taat, ia dan sanak keluarganya pergi
meninggalkan tanah Ur dan menetap di suatu negeri yang telah Tuhan
tunjukkan, yaitu tanah Kanaan. Di negeri itulah Abraham diperintahkan
Tuhan untuk beribadah kepada-Nya. Yang menjadi pertanyaan,
mengapa Abraham diperintahkan Tuhan untuk
meninggalkan tanah Ur dan pindah ke tanah Kanaan untuk “sekedar”
beribadah kepada Tuhan, tidak bisakah Abraham beribadah kepada Tuhan di
tanah Ur? Jawabanya adalah : Tidak bisa! Sebab di tanah Kanaan terdapat
suatu tempat – dimana letaknya hanya Tuhan yang tahu – merupakan pusat
dari dunia, tempat surga dan bumi bersatu. Dimana letak dari pusat
dunia itu?
Suatu hari Tuhan hendak menguji iman Abraham, Tuhan menyuruh
Abraham untuk pergi ke sebuah tempat di bukit Moria untuk mengorbankan
anaknya Ishak. Dengan berat hati Abraham pergi dan membawa anaknya yang
tunggal ketempat yang telah ditunjukkan Tuhan kepadanya itu. Setelah
Tuhan memberitahu posisi tempat mezbah harus didirikan, Abraham
mendirikan sebuah mezbah di tempat itu, dan ia mengikat Ishak,
menaikkannya ke atas mezbah dan mengambil pisau untuk segera
menyembelih Ishak. Tuhan melihat iman Abraham itu, sehingga Tuhan
menghentikan niat Abraham untuk mengorbankan Ishak dan memberikan
seekor domba untuk menggantikan pengorbanannya, sehingga Abraham tidak
jadi mengorbankan Ishak melainkan mengorbankan seekor domba di atas
mezbah yang telah didirikannya. Dari korban bakaran yang dipersembahkan
Abraham di atas mezbah itu maka berkat Tuhan turun.
Melalui pengorbanan domba itu, tanpa disadari oleh Abraham,
sebenarnya Tuhan sedang memberitahukan/menunjukkan kepada manusia
posisi / titik pusat dunia secara rohani. Titik di atas bukit Moriah
tersebut adalah titik tengah dunia ini, sebuah tempat yang ditunjukkan
oleh Tuhan sendiri. Di tempat inilah umat Tuhan harus mempersembahkan
korban kepada Tuhan, di tempat inilah Tuhan akan berbicara kepada
manusia, dan ke tempat inilah manusia harus menghadap / berkiblat bila
beribadah kepada Tuhan. Kelak titik ini akan menjadi pusat ibadah bagi
keturunan Abraham. Oleh sebab itu mengapa Abraham disuruh Tuhan untuk
meninggalkan tanah kelahirannya di Ur dan pindah ke tanah Kanaan.
Tabernakel Musa
Setelah lama Abraham dan keturunannya tinggal di tanah Kanaan,
suatu waktu negeri itu mengalami kekeringan selama 7 tahun lamanya, dan
keturunan Abraham yaitu Yakub/Israel (anak Ishak, cucu Abraham)
beserta kaum keluarganya terpaksa pindah ke Mesir, sebab melalui Yusuf
dan Firaun, Tuhan akan memelihara seluruh keturunan Abraham dari
bencana kelaparan. Namun waktu berganti waktu, setelah Yakub, Yusuf dan
Firaun raja Mesir mati, bangkit raja Mesir yang baru yang jahat
mempelakukan kaum Israel, raja tersebut memperbudak bangsa Israel yang
semakin hari semakin banyak jumlahnya.
Pada
waktu bangsa Israel diperbudak di tanah Mesir, saat itu orang Israel
ditindas tanpa bisa bersekutu dengan Tuhan-nya dan tanpa bisa
mempersembahkan korban bakaran, sehingga mereka berseru kepada Tuhan
agar menyelamatkan mereka dari Mesir. Dan Tuhan mendengar doa seruan
bangsa Israel, sehingga Ia mengirimkan Musa untuk membawa bangsa Israel
keluar dari Mesir dan supaya mereka dapat beribadah dan juga
mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan kembali (Kel 8:1). Setelah
400 tahun diperbudak oleh bangsa Mesir akhirnya dengan tangan-Nya yang
kuat mereka keluar dari Mesir untuk kembali ke tanah Kanaan lalu
kembali beribadah kepada Tuhan.
Sekalipun bangsa Israel sudah keluar dari tanah Mesir, namun
perjalanan mereka kembali ke tanah Israel memerlukan waktu 40 Tahun.
Sehingga untuk mempersem-bahkan korban kepada Tuhan di titik yang telah
Tuhan tetapkan (di pusat dunia) tidak bisa segera dilaksanakan,
sebagai gantinya Tuhan memerintahkan Musa untuk membuat sebuah
tabernakel (miqdash, tempat kudus) tempat orang Israel dapat
mempersembahkan korban, tempat bertemunya orang Israel dengan Allah dan
tempat / kiblat orang Israel akan beribadah. Jadi tabernakel dan
Tabut Allah ini menjadi tempat kehadiran Allah tengah-tengah bangsa
Israel dan menjadi pusat ibadah mereka. Semua tenda orang Israel harus
didirikan menghadap ke arah tabernakel ini, termasuk jika orang Israel
berdoa dan beribadah harus menghadap ke arah tabernakel ini, sebab
disitulah Tuhan hadir dan bersemayam.
Tabernakel Musa, inilah cikal bakal Bait Allah orang
Israel. Sebagai “rumah” Allah di bumi (Kel 25:8), semua tenda dan
ibadah harus menghadap ke Tabernakel ini.
Petunjuk pembuatan (cetak biru) tabernakel ini diberikan langsung
oleh Tuhan di gunung Horeb, dan Musa membuatnya persis seperti apa yang
Tuhan perintahkan termasuk segala perkakasnya.
Tabernakel
ini bukan berupa bangunan yang permanen, namun lebih kepada sebuah
tenda besar yang dapat dibongkar, diangkut dan dipasang kembali di
tempat dimana Tuhan tunjukkan untuk bangsa Israel tinggal selama
perjalanan di padang gurun. Di tabernakel itulah Tuhan hadir di
tengah-tengah bangsa Israel, bersemayam, berbicara dan mendengarkan
doa-doa orang Israel. Dan dimanapun orang Israel berhenti untuk tinggal
di padang gurun, maka tabernakel akan didirikan di tengah-tengah kemah
orang-orang Israel, mereka melakukan itu hingga mereka memasuki tanah
perjanjian, namun posisinya belum kembali ke titik yang semula, sebab
bukit Moria telah menjadi tempat tinggal orang Yebus sepeninggalan
orang Israel ke Mesir.
Tabut Perjanjian
Jika kita berbicara tetang Bait Allah maka tidak bisa dipisahkan
dengan Shekinah, yaitu “Kehadiran Allah” atau Kemuliaan Tuhan (Yoel
3:17, 21; Hab 2:20) yang hadir
di
Bait Allah / tabernakel. Shekinah ini diwakili oleh tabut Allah Musa /
Tabut Perjanjian. Tabut perjanjian ini pembuatannya diperintahkan
langsung oleh Tuhan di gunung Sinai, dan di atas Tabut Perjanjian
itulah Allah bersemayam. Jadi jika bangsa Israel menghadap Bait Allah
untuk beribadah kepada Tuhan Allah, maka sebenarnya mereka sedang
menghadap tabut Allah yang berada di dalam ruang maha kudus dari Bait
Allah.
Tabut
Perjanjian, di dalam lambang kehadiran Allah, ditempatkan di Ruang
Maha Kudus dari Tabernakel Musa. Di atas tabut inilah Allah
bersemayam.
Tabernakel Daud
Setibanya
di tanah perjanjian, dibawah kepemimpinan Yosua bangsa Israel merebut
kembali tanah yang ditinggalkan bangsa Israel dulu. Dengan pertolongan
Tuhan, bangsa Israel berhasil mendiami kembali tanah yang telah
diberikan Tuhan kepada Abraham dulu. Tapi sayang, bangsa Israel tidak
merebut semua tanah itu seperti yang Tuhan telah perintahkan. Mereka
menyisakan tanah-tanah tertentu dan tidak merebutnya, dan yang lebih
parahnya lagi mereka tidak merebut Yerusalem tempat gunung Moriah dan
titik pusat ibadah yang telah Tuhan tunjukkan kepada Abraham dulu.
Sehingga sekalipun tabut Allah dan tabernakelnya sudah memasuki tanah
perjanjian, namun tabut dan tabernakelnya tidak bisa menempati titik
yang sudah Tuhan tetapkan, Yerusalem masih dikuasai oleh bangsa Yebus.
Baru pada kepemimpinan raja Daud Yerusalem direbut dan menjadikannya
ibukota Israel juga pusat ibadah kepada Tuhan.
Raja Daud sedang membeli pengirikan gandum Arauna,
di tempat itulah titik tengah dunia yang kelak
dijadikan Bait Allah.
Daud membawa masuk Tabut Perjanjian ke kota
Yerusalem dan memulai kembali peribadatan kepada Tuhan dengan menghadap
tabut itu. Berbeda dengan pada waktu zaman Musa, Tabut Perjanjian pada
masa pemerintahan Daud tidak di tempatkan di sebuah tabernakel yang
tertutup, melainkan ditempatkan di suatu tenda terbuka dimana setiap
orang yang beribadah dapat melihat tabut itu.
Daud adalah raja yang diurapi Tuhan luar biasa, oleh karena
penyertaan Tuhan atas Daud maka kemana pun ia maju untuk berperang maka
kemenangan akan diraihnya. Tidak ada bangsa yang mampu bertahan
menghadapi bangsa Israel di bawah kepemimpinan raja
Daud. Akan tetapi suatu ketika, oleh karena
kemenangan demi kemenangan yang diraih Daud, membuat raja Israel
tersebut sombong dan akhirnya membuat kesalahan fatal dihadapan Allah.
Raja Daud memerintahkan panglimanya Yoab untuk mengadakan sensus
penduduk agar diketahui berapa kekuatan rakyat Israel, sehingga jika
kelak akan maju berperang raja tahu berapa kekuatan Israel dan berapa
kekuatan musuh... Hal ini membuat Tuhan sangat marah kepada Daud, sebab
segala kemenangan yang diraih bangsa Israel bukan karena kekuatan atau
jumlah rakyat yang ikut berperang, melainkan karena pertolongan Tuhan.
Akhirnya Tuhan marah luar biasa terhadap raja Daud, dan Tuhan
memberikan kepada Daud 3 pilihan hukuman yang akan dijatuhkan
kepadanya:
1. Tiga tahun kelaparan menimpa seluruh negeri dari bangsa Israel
2. Tiga bulan mengalami kekalahan dalam peperangan dan dikejar-kejar musuh
3. Tiga hari bangsa Israel mengalami penyakit sampar
Karena semua hukuman yang di tawarkan berat adanya, maka Daud
menyerahkan pilihannya kepada Tuhan, dan Tuhan menjatuhkan pilihan
untuk menurunkan penyakit sampar kepada seluruh bangsa Israel selama 3
hari. Maka Tuhan menurunkan malaikat yang membawa maut sampar itu
berjalan dari Dan sampai Bersyeba, dari pagi hingga waktu yang
ditetapkan, mengacungkan pedangnya dan menurunkan sampar kepada seluruh
bangsa Israel. Setibanya malaikat itu di tempat pengirikan gandum
milik Arauna (disebut juga Ornan) orang Yebus untuk menurunkan sampar
kepada penduduk Yerusalem (pengirikan ini tepat berada di atas bukit
Moriah), menyesallah Tuhan atas tulah yang telah Ia turunkan, dan Tuhan
menghentikan malaikat pembawa maut itu. Namun demikian sampar tersebut
telah menewaskan 70.000 orang Israel.
Maka
berhenti-lah tulah itu, yaitu ketika malaikat Tuhan berada di atas
bukit Moria. Maka melalui nabi-Nya Gad, Tuhan memerintahkan raja Daud
untuk mendiri-kan mezbah di atas
Tabernakel Daud.
Tidak seperti tebernakel Musa, tabernakel Daud jauhlebih sederhana,
semua orang bisa melihat tabut perjanjian dan ibadah dilakukan
dengan bebas tanpa ada liturgi.
bukit Moria itu di suatu tempat yang akan
ditunjukkan oleh Tuhan sendiri. Dan Tuhan menunjukkan tempat / titik
dimana mezbah itu harus didirikan, yaitu tepat di atas bukit Moria yang
telah didirikan tempat pengirikan gandum oleh Arauna, orang Yebus.
Maka Daud membeli pengirikan gandum tersebut, sekalipun Arauna lebih
memilih untuk memberikan tempat itu secara gratis untuk Tuhan dan raja,
namun raja Daud tetap memilih untuk membelinya. Dan setelah dibeli maka
Daud mendirikan mezbah bagi Tuhan dan mempersembahkan korban bakaran
dan korban keselamatan, dan tulah itu berhenti menimpa orang Israel.
Saudara, posisi / titik tempat Tuhan menunjukkan untuk Daud
mendirikan mezbah di bukit Moria itu adalah titik dimana dahulu Abraham
disuruh Tuhan mendirikan mezbah untuk mengorbankan Ishak, tidak
meleset sedikit pun, itulah pusat bumi yang telah ditetapkan Tuhan
kepada Abraham.
Setelah raja Daud mempersembahkan korban dan berdoa, maka Tuhan
menjawab doa Daud, disitulah terjadi kembali komunikasi dua arah antara
manusia dan Allah seperti dulu terjadi pada Abraham. Dan Daud
berjanji, di tempat itulah ia akan mendirikan Bait Allah... Ketika raja
telah menetap di rumahnya dan TUHAN telah mengaruniakan keamanan
kepadanya terhadap semua musuhnya di sekeliling, berkatalah raja kepada
nabi Natan: “Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras,
padahal tabut Allah diam di bawah tenda.” Lalu berkatalah Natan kepada
raja: “Baik, lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab
TUHAN menyertai engkau.” (II Sam 6:1-3).
Jadi, pendirian Bait Allah adalah keinginan raja Daud, bukan
keinginan Tuhan (II Sam 6:7; I Taw 17:1-2). Bagi Tuhan, penempatan
Tabut Allah dan persembahan korban di tempat yang semestinya saja --
yaitu di bukit Moria -- sudah cukup, sekalipun hanya di dalam sebuah
tenda sederhana. Akan tetapi cara pandang raja Daud berbeda, ia
menyadari adanya ketidaksesuaian antara istananya yang megah dengan
tenda yang digunakan untuk menyimpan Tabut Allah.
Bait Allah Salomo (Bait Allah ke-1)
Begitulah kerinduan raja Daud untuk sesegera mungkin mendirikan
rumah kediaman bagi Tuhan, namun sayang Tuhan tidak mengijinkan Daud
untuk membangun rumah kediaman-Nya itu. Sebab, sebagai prajurit, tangan
Daud banyak menumpahkan darah (I Taw 28:1-6), Daud banyak melakukan
dosa, terlalu sering mengucap kutuk dan memiliki banyak istri
(melanggar salah satu syarat raja di Ul 17:17). Namun Tuhan telah
memilih Salomo, anak Daud, untuk melanjutkan niat Daud mendirikan Bait
Allah. Lalu Daud menyiapkan segala keperluan pembangunan Bait Allah,
sehingga kelak jika Salomo telah naik takhta dan menjadi raja atas
Israel, maka ia dapat membangun Bait Allah (I Taw 28-29).
Akhirnya cita-cita raja Daud untuk mendirikan Bait Allah dapat
terlaksana, setelah Salomo besar dan menjadi raja atas Israel, ia
mendirikan Bait Allah (Beis HaMikdash) , yaitu di atas bukit Moria di
kota Yerusalem. Setelah selesai, Salomo memerintahkan para Imam dan
orang-orang Lewi mengangkut tabut Allah, meletakkannya di tengah-tengah
ruang maha kudus, dan itu berarti posisi tabut Allah itu berada di
tempat / titik yang sama pada waktu Abraham mendirikan mezbah tempat
Ishak hendak dikorbankan dan ditempat yang sama pada waktu Daud
mendirikan mezbah setelah 3 hari bangsa Israel mengalami wabah sampar.
Posisi tidak berubah, sebab disitulah pusat dunia, tempat yang telah
dipersiapkan Tuhan sejak zaman nenek moyang bangsa Israel... Semuanya
dibawah ketetapan Tuhan, termasuk “spesifikasi” Bait Allah yang akan
dibangun, Tuhan jugalah yang menetapkan, sebab sekalipun pembangunan
ini adalah niat raja Daud sendiri sebagai penghormatan kepada Tuhan,
namun pembangunan Bait Allah harus seturut kehendak Tuhan, baik tata
letak, bahan-bahan, perkakas dan ukurannya harus dari Tuhan sendiri.
Dan Salomo mentaati semua ketetapan Tuhan itu, ia membangun Bait Allah
persis seperti yang Tuhan inginkan untuk dibuat, termasuk ruang maha
kudus, ruang tempat penyimpanan Tabut Perjanjian, dibuat tepat di titik
pusat dunia. Titik tersebut menjadi tempat paling kudus (dalam bahasa
Ibrani disebut: “Kodesh Hakodashim,” dalam bahasa Inggris: “holy of
holies,” atau “Maha Kudus” dalam bahasa Indonesia), disitulah kelak
Tuhan hadir di tengah-tengah umat-Nya Israel, yaitu di Bait Allah, di
ruang maha kudus, di atas Tabut Perjanjian, di atas titik dunia. Inilah
Bait Allah Salomo... Yaitu BAIT ALLAH KE-1.
Bait Allah ke-1 ini sangat luar biasa dalam hal kemegahan. Dibangun
selama 7 tahun, dikerjakan oleh para ahli, dihiasi dengan teliti,
disusun oleh bahan-bahan yang sangat mahal, seperti emas, tembaga,
batu-batu berkualitas tinggi, kayu-kayu dari hutan Libanon, dan
memiliki titik tertinggi setara gedung 20 lantai.
Kehancuran Bait Allah Ke-1
Tidak pernah ada yang menyangka bahwa raja Salomo, yang begitu
mengasihi Tuhan, dan memiliki hikmat yang luar biasa, dapat melakukan
hal bodoh dengan memiliki 700 istri dan 300 gundik lalu mengikuti dan
menyembah allah-allah istrinya tersebut. Raja yang diurapi Tuhan secara
luar biasa dan diberi kepercayaan besar membuat rumah Tuhan akhirnya
mengalami kemerosotan rohani secara luar biasa. Bukan hanya itu, Salomo
juga membuat komplek Istana Salomo yang luas dan kemegahanya melebihi
Bait Allah. Pembangunan Bait Allah membutuhkan waktu pembangunan 7
tahun, istana ini membutuhkan waktu pembangunan 13 tahun. Selain itu
raja juga mengijinkan pusat-pusat penyembahan berhala berkembang biak
di tanah Israel. Puncak kemerosotan rohani Salomo dan Israel secara
keseluruhan terjadi pada masa kekuasaan Rehabeam anak Salomo. Di tangan
Rehabeam kerajaan Israel terpecah dua menjadi kerajaan Yehuda
(kerajaan Selatan) dan kerajaan Israel (kerajaan Utara). Oleh karena
Bait Allah berada di kerajaan Selatan maka raja Israel / Utara (dimulai
dari raja Yorebeam) membangun tempat-tempat penyembahan alternatif
untuk mencegah rakyatnya beribadah ke Bait Allah di kerajaan Selatan
yang dapat mengakibatkan mereka tertarik ke dalam kekuasaan politik
kerajaan Utara.
Kehadiran Bait Allah di kerajaan Selatan (Yehuda) tidak serta merta
membuat kerajaan ini lebih baik dari kerajaan Utara dalam hal
menyembah Allah, mereka juga mengalami pasang surut dalam hal
kerohanian. Sebentar bertobat dan menyembah Allah, namun kemudian
membuat patung-patung lalu menyembahnya. Sehingga Tuhan mengizinkan
Firaun Shishak dari Mesir menyerang Yerusalem, dengan sasaran utama Bait
Allah dan Istana Salomo, yang menyimpan 300 perisai emas tempaan.
Melihat hal tersebut raja berikutnya, Rehabeam, merendahkan diri kepada
Tuhan, sehingga penjarahan yang lebih parah lagi dapat dihentikan.
Kehancuran
Bait Allah yang kemudian terjadi pada zaman raja Ahas. Oleh karena
Yehuda dibawah kekuasaan Asyur maka mereka diwajibkan untuk membayar
upeti kepada raja Asyur, maka raja Ahas mengambil emas, perak dan
tembaga dari Bait Allah, meleburnya dan membayarkannya sebagai upeti
raja Damaskus. Dan sebagai penghormatan kepada raja, ia membangun
tiruan mezbah Damaskus di halaman Bait Allah dan di seluruh Yerusalem.
Keturunan berikutnya dari raja Ahas, Hizkia, lebih baik
kelakuannya, ia membawa Yehuda kepada reformasi spiritual dan militer.
Hizkia menyelamatkan Yehuda dan Bait Allah dari kehancuran dan
penjarahan, namun ia melakukan kesalahan besar dengan memamerkan semua
isi perbendaharaan Bait Allah kepada utusan kerajaan Babel (II Raja
20:12-18). Ini seumpama seorang kaya yang memamerkan semua kekayaannya
kepada sekelompok perampok. Sehingga hanya tinggal menunggu waktu saja
sebelum Bait Allah menjadi sasaran utama bangsa Babel untuk dijarah.
Oleh karena itu Tuhan muak dengan umat-Nya dan berkata : “Juga orang
Yehuda akan Kujauhkan dari hadapan-Ku seperti Aku menjauhkan orang
Israel, dan Aku akan membuang kota yang Kupilih ini, yakni Yerusalem,
dan rumah ini, ...” (II Raja 23:27) .
Menantikan Mesias sang penyelamat
Oleh
karena kehancuran kerohanian dan moral raja-raja dan rakyat Israel,
berkali-kali Tuhan mengirimkan nubuat tentang kehancuran Israel dan
Bait Allah. Tuhan mengirimkan Amos, Mikha, Yesaya dll., untuk
menyampaikan kehancuran Israel sebagai hukuman atas ketidaksetiaan
mereka terhadap Allah dan tidak menghormati lagi Sabat. Allah akan
Reruntuhan Bait Allah Salomo / Bait Allah ke-1
meninggalkan mereka, Bait Allah akan dihancurkan,
orang Israel akan tercerai-berai ke berbagai bangsa, ditawan, dibunuh
hingga menjadi budak bagi bangsa-bangsa kafir.
Sekalipun penghukum-an yang akan dijatuhkan tersebut begitu
mengerikan, akan tetapi di akhir nubuatan melalui nabi-nabinya itu
Tuhan Allah selalu menjanjikan pemulihan dan penyelamatan melalui
Mesias (Ams 9:11-15; Mikha 5; Yes 61:1-11).
Pada tahun 606 SM genaplah segala nubuatan tentang kehancuran
Israel dan Yehuda, ketika itu raja Babel, Nebukadnezar, menyerang
Yerusalem dan jatuhlah kerajaan Yehuda, sehingga Babel berkuasa atas
Yerusalem, mereka menawan raja Yehuda, Yoyakin, ribuan orang terhormat
dan orang-orang pandai (termasuk Daniel dan teman-temannya) untuk
dipekerjakan sebagai budak di Babel. Sedangkan
raja yang baru ditinggalkan-nya dengan syarat membayar upeti kepada
raja Nebukadnezar.
Kehancuran total Bait Allah ke-1 terjadi pada tahun 587 SM. Dimana
raja dan rakyat Yehuda menolak membayar upeti kepada Nebukadnezar, yang
membuat raja Babel itu murka dan menyerang kembali Yerusalem dengan
kehancuran total. Mereka menjarah sisa perbendaharaan Bait Allah yang
ada. Setahun kemudian (586 SM.) Babel menghancurkan Bait Allah, dengan
membakarnya, menghancurkan komplek istana dan semua bangunan di kota
Yerusalem (II Raja 25:8-9; II Taw 36:18-19). Selain kehancuran Bait
Allah, kerajaan Yehuda jatuh ke tangan Babel, orang Israel terdiaspora /
tercerai-berai (Inilah diaspora ke-1).
Israel Terdiaspora. Sekalipun
penghukuman yang Tuhan berikan sungguh mengerikan jika Israel berbuat
dosa, namun tidak henti- hentinya umat pilihan-Nya itu melakukan dosa.
Bait Allah Ke-II
Oleh karena kehancuran total Yerusalem dan kembali hidup dalam
perbudakan di Babel, orang Israel kembali sadar akan kesalahannya telah
meninggalkan Tuhan dan beribadah kepada dewa-dewa. Di pembuangan
mereka berseru dan berdoa kepada Tuhan agar dapat kembali ke tanah air
mereka dan dapat membangun Bait Allah kembali untuk beribadah kepada
Tuhan. Mereka teringat akan nubuatan para nabi yang mengatakan bahwa
akan lahir seorang Mesias yang akan membebaskan mereka dari perbudakan,
mengembalikan kemuliaan Bait Allah dan Israel, mengembali-kan/
mengumpulkan kembali sisa-sisa Israel dari pembuangan di berbagai bangsa
dan yang akan menghancurkan musuh-musuh mereka. Sejak saat itulah
bangsa Israel berdoa untuk kedatangan Mesias sang penyelamat mereka.
Pembangunan
Bait Allah ke-2. Tahun 538 SM, sejumlah kecil orang Israel diizinkan
raja Persia kembali ketanah airnya (mereka adalah orang-orang miskin
dan para nabi) dan diberi dukungan dana untuk membangun Bait Allah yang
hancur.
Saat pembuangan di Babel, Daniel mempelajari
tulisan-tulisan Yeremia yang menubuatkan kembalinya bangsa Israel ke
tanah air mereka dan pemulihan Bait Allah. Dan sekalipun Bait Allah
telah menjadi reruntuhan, Daniel mengerti benar bahwa posisi tempat di
mana Bait Allah didirikan adalah kiblat bagi orang Israel untuk
beribadah dan berdoa, sehingga sekalipun Daniel berada di Babel, ia
selalu berdoa menghadap ke Yerusalem. “Demi didengar Daniel, bahwa surat
perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar
atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali
sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa
dilakukannya.” (Dan 6:11)
Pada tahun 536 SM kerajaan Media dan Persia bangkit melawan
kerajaan Babel, dan mereka menaklukkan Babel, sehingga status
perbudakan orang Yahudi beralih kepada kerajaan ini. Melalui hamba-Nya,
Yesaya, menubuatkan bahwa raja Persia (Koresy), akan menjadi alat
untuk pemulangan orang-orang Yahudi dan pembangunan Bait Allah yang
sudah hancur (Yes 44:28), sebab Tuhan sendiri yang akan menggerakkan
hati raja Koresy berbelas kasihan kepada bangsa Israel untuk
mengembalikan mereka ke Kanaan termasuk mengijinkan dan membiayai
pembangunan Bait Allah kembali.
Bait Allah ke-2, Tua-tua Israel yang
pernah melihat kemegahan Bait Allah pertama menangis melihat Bait Allah
ke-2 yang dibangun sangat sedernaha.
Dengan izin Koresy itu akhirnya pada tahun 538 SM
kembalilah kira-kira 50.000 orang Israel kembali ke tanah air mereka,
dibawah kepemimpinan Zerubabel, mereka mulai mengumpulkan puing-puing
kota Yerusalem dan Bait Allah untuk kembali dibangun, dan
mengembalikan ibadah-ibadah persembahan korban dan hari-hari raya.
Zerubabel, yang adalah keturunan Daud, pada tahun 536 SM memulai
pembangunan Bait Allah kembali. Pembangunan sempat mendapat tantangan
dari orang-orang Samaria dari kerajaan Utara, dan sempat berhenti oleh
karena orang-orang Lewi yang pernah melihat bait Allah sebelumnya
menangis karena kemegahan Bait Allah yang sedang dibangun sangatlah
jauh jika dibandingkan dengan Bait Allah sebelumnya, dan ini
mengakibatkan proses pembangunan sempat terhenti selama 15 Tahun.
Pembangunan ini akhirnya selesai pada tanggal 12 Maret 515 SM dengan
disahkan raja Darius, raja Persia. Lebih dari itu raja juga
mengembalikan perkakas Bait Allah yang dulu dirampas raja Nebukadnezar
(Ezra 6:3-15). Sebuah pengenapan nubuat Tuhan tentang pemulihan Bait
Allah. Inilah Bait Allah ke-2.
Setelah bangsa Israel melihat satu persatu nubuat
Allah digenapi, yaitu kembalinya mereka ke tanah air di Israel secara
ajaib dan dibangunnya kembali Bait Allah, maka tinggal satu lagi nubuat
yang belum digenapi, yaitu datangnya seorang Mesias dari keturunan
Daud yang akan membebaskan Israel dari bangsa-bangsa kafir yang
menjajah mereka.
Masa pendudukan Yunani (331-164 SM)
Pada tahun 331 SM, kerajaan Yunani (Alexander Agung) menaklukkan
kerajaan Media dan Persia, kerajaan Yunani berkuasa, termasuk menguasai
Yerusalem. Awal-awal pendudukan Yunani, para penguasanya memperlakukan
Bait Allah dengan baik, namun kepemimpinan berikutnya begitu turut
campur dalam hal peribadatan, mereka menginginkan jabatan keimaman,
menaruh berhala-berhala sembahan mereka ke dalam Bait Allah. Hingga
puncaknya sewaktu dibawah kepemimpinan Antiochus Epiphanes yang
menghentikan korban bakaran dan menajiskan mezbah Bait Allah dengan
mengorbankan babi, segala binatang haram termasuk mendirikan sebuah
patung berhala di ruang maha kudus, tepat seperti nubuatan Daniel
sewaktu di Babel (Dan 8:23-25).
Masa “Kerajaan Yahudi Hasmone” (164-63 SM)
Sesudah segala kekejaman yang dialami oleh orang Yahudi oleh
Yunani, seorang imam Yahudi bernama Mattathias memulai pemberontakan
terhadap penguasa Yunani. kemudian pada tahun 164 SM, Yudas Maccabee,
anak Mattathias, berhasil membebaskan Yerusalem dan menyucikan Bait
Allah, melaksanakan kembali persembahan korban bakaran. Pembebasan ini
dirayakan oleh orang Yahudi sebagai Hanukkah atau Hari Raya Pentahbisan
(Yoh 10:22). Namun sayang, dimasa “kemerdekaan” ini Israel tidak
mengalami kedamaian total, sebab pemerin-tahan yang terbentuk
digerogoti oleh korupsi dan konflik internal. Fraksi-fraksi yang saling
bermusuhan (Farisi dan Saduki) melumpuhkan pemerintahan. Banyak orang
Yahudi yang akhirnya meninggalkan pemerintahan dan membentuk kehidupan
komunal di gurun (seperti komunitas Laut Mati di Qumran).
Masa pendudukan Romawi (63 SM - 324 M)
Kemerdekaan beribadah orang Yahudi berlangsung hampir selama 100
tahun, sampai akhirnya pada tahun 63 SM Jenderal Romawi bernama Pompey
menaklukan Yerusalem. Pada saat Pompey melihat betapa taat nya orang
Yahudi beribadat di Bait Allah, dan begitu menghormati ruang maha
kudus. Pompey penasaran dengan isi dari ruang maha kudus, ia berkata:
“mungkinkah di dalam ruangan itu tersimpan kekayaan yang begitu besar
atau beberapa rahasia tersembunyi?” Melalui kekuasaannya ia memasuki
Bait Allah, sekalipun sebelumnya ribuan orang Yahudi berlutut dihadapan
sang jenderal dan memohon agar ia membatalkan niatnya itu, namun
Pompey bersikeras ingin memasuki ruang maha kudus. Dengan membunuh
banyak orang Yahudi yang berusaha menghalangi, ia merobek tirai pemisah
antara ruang kudus dan ruang maha kudus, akhirnya Pompey masuk ke
ruang maha kudus Bait Allah. Namun apa yang disaksikan sang jenderal?
Tidak ada apa-apa! Pompey hanya melihat sebuah ruang gelap dan
kosong... Setelah itu, bangsa Roma berulang-ulang menajiskan Bait
Allah, namun mereka membiarkan Bait Allah tetap berdiri.
Semakin menantikan Mesias
Dari mulai penaklukkan Babel hingga didirikannya Bait Allah ke-2,
bangsa Israel tidak pernah lagi menjadi negara yang merdeka, mereka
selalu dibawah jajahan bangsa lain (Babel, Media-Persia, Yunani dan
sekarang Romawi) dan kerajaan Romawi, adalah penjajah terkejam dalam
hal memperlakukan negara jajahannya. Israel sangat menderita selama
masa pemerintahan Romawi, dan hal itu membangkitkan lebih lagi
kerinduan akan datangnya seorang Mesias. Sebab sepeninggalnya Daud,
bangsa Israel tidak pernah lagi memiliki raja yang mempu memerintah
seperti sosok raja Daud. Pada masa kepemimpinan Daud, ia adalah seorang
prajurit yang tangguh dan dapat menaklukkan musuh-musuh Israel sehingga
ia dapat merebut Yerusalem, menyatukan Israel Selatan dan Utara dan
melindungi seluruh negeri dari kerajaan-kerajaan yang hendak menyerang.
Kini, Israel selalu dalam keadaan terjajah, orang Yahudi mendambakan
seorang Mesias yang dapat membawa Israel ke situasi yang lebih baik
seperti Daud dulu, dan hampir semua keturunan Daud yang memimpin orang
Israel hampir dianggap sebagai Mesias, sebagai contoh: Zerubabel pernah
dianggap sebagai Mesias karena ia memimpin Israel kembali dari Babel
dan memimpin pembangunan Bait Allah ke-2.
Bait Allah Herodes
Sekalipun para tua-tua Yahudi yang pernah melihat kemegahan Bait
Allah pertama menangis jika melihat bangunan Bait Allah ke-2, namun
melalui nabi-Nya yang bernama Hagai, Tuhan berjanji bahwa Bait Allah
yang kedua ini akan lebih megah dari yang pertama. “ Adapun Rumah ini,
kemegahannya yang kemudian akan melebihi kemegahannya yang semula,
firman TUHAN semesta alam, dan di tempat ini Aku akan memberi damai
sejahtera, demikianlah firman TUHAN semesta alam.” (Hag 2:10). Tidak
terpikirkan oleh orang Yahudi bagaimana kemegahan Bait Allah ke-2 bisa
lebih besar dari kemegahan Bait Allah Salomo, namun cara Tuhan memang
ajaib, nubuatan ini digenapi ketika bangunan Bait Allah kedua yang
sederhana diperluas oleh Herodes yang Agung.
Saat Roma menguasai tanah Israel, pada tahun 37 SM Roma menempatkan
Yudea di bawah pemerintahan seorang keturunan Edom yang kejam bernama
Herodes. Sebagaimana halnya raja-raja yang ingin namanya dikenang
sepanjang masa, Herodes juga tertarik mengabadikan namanya melalui
proyek-proyek pembangunan, ia membuat bangunan-bangunan besar di
Masada, Caisarea dan Tiberias, dan berikutnya ia melirik bangunan Bait
Allah orang Israel yang terletak di Yerusalem. Herodes ingin membangun
ulang Bait Allah tersebut dengan menambahkan identitas-identias dirinya
agar namanya diabadikan dan dapat dikenang oleh generasi berikutnya. Ia
berencara untuk menghancurkan Bait Allah ke-2 tersebut dan
membanggunya kembali dengan kemegahan yang lebih besar.
Bait Allah Herodes,
Sekalipun Bait Allah ke-2 sangatlah sederhana namun Tuhan
berjanji bahwa kemegahannya akan melebihi Bait Allah Salomo (Hag 2:10).
Dan nubuat tersebuttergenapi dengan dipugarnya Bait Allah ke-2 oleh
Herodes, sehingga selanjutnya Bait Allah tersebut dinamaidikenal dengan
Bait Allah Herodes.
Agar orang Israel percaya bahwa penghancuran Bait
Allah adalah untuk membangun kembali Bait Allah, bukan menghancurkannya
secara permanen, sebelum menjamah Bait Allah itu raja terlebih dahulu
mengangkut dan mempersiapkan semua bahan bangunan dan batu-batu ke
bukit Moria. Dengan cara seperti itu, raja mendapat kepercayaan orang
Israel untuk membongkar Bait Allah ke-II, dan pada tahun 19 SM Herodes
memulai pembongkaran dan pembangunan kembali Bait Allah, pekerjaan ini
menghabiskan waktu 10 tahun dan 75 tahun kemudian untuk pekerjaan detil
dan perluasannya, termasuk membangun tembok penahan raksasa untuk
menahan bangunan yang sangat besar (saat ini tembok inilah bagian yang
tersisa sebagai tembok Barat atau yang lebih dikenal dengan Tembok
Ratapan), sebab tinggi Bait Allah ini dua kali lipat Bait Allah ke-2,
dan lebarnya jauh lebih besar, sehingga ukuran keseluruhan lebih besar
dari bukit Moria itu sendiri. Sejak saat itu Bait Allah ke-2 ini lebih
dikenal dengan sebutan Bait Allah Herodes.
Begitulah Bait Allah dibangun ulang, bangunan ini sangat megah dan
indah. Dibangun dengan kepentingan mencari nama dan kesombongan, yang
dibalut dalam menyatakan dukungan kepentingan terhadap Yudaisme dan
menambahkan simbol-simbol Romawi sebagai kesetiaan terhadap Roma /
Kaisar (di atas pintu Bait Allah Herodes terdapat patung rajawali
Romawi). Dan bagi orang Yahudi patung-patung itu mengurangi karakter
Bait Allah, hingga pada tahun 4 SM terjadi huru-hara / pemberontakan
orang-orang Yahudi dan menghancurkan patung rajawali Romawi tersebut.
Sekalipun mereka yang terlibat pemberontakan itu dihukum secara kejam
oleh Herodes, namun hal itu mengembalikan kesucian Bait Allah terhadap
berhala-berhala.
Bait Allah pada masa Yesus Kristus
Setelah
pembangunan ulang oleh Herodes, Bait Allah menjadi salah satu bangunan
yang paling indah di dunia. Dan dampaknya, Yerusalem, kota tempat Bait
Allah itu berdiri, menjadi kota yang paling terkenal di Timur. Bait
Allah Herodes dibuat dari batu marmer dilapis emas sehingga dari jauh
terlihat seperti gunung salju yang bersinar di bawah terik matahari.
Oleh karena begitu indahnya Bait Allah yang baru ini, tidak heran
orang-orang Yahudi pada zaman Tuhan Yesus – termasuk murid-murid Tuhan
Yesus – begitu membanggakannya (menyombongkan) Bait Allah mereka itu.
Ketika Yesus keluar dari Bait Allah, seorang murid-Nya berkata
kepada-Nya: “Guru, lihatlah betapa kokohnya batu-batu itu dan betapa
megahnya gedung-gedung itu!” (Mrk 13:1). Tapi tanggapan Yesus terhadap
rasa bangga murid-murid-Nya sangat mengecewakan, sebab bukannya
memberikan tanggapan yang penuh kekaguman yang sama, Kristus malah
mengumumkan tentang kehancuran Bait Allah tersebut..., “Apa yang kamu
lihat di situ—akan datang harinya di mana tidak ada satu batupun akan
dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”
(Luk 21:6).
Mesias datang, namun ditolak
Suatu malam di tahun 4 SM, di kota Betlehem, lahirlah seorang anak
yang telah dinubuatkan sebelumnya dalam kitab orang-orang Yahudi (di
Alkitab kita tertulis di Mikha 5:1), yaitu Mesias yang telah lama
dinanti-nantikan oleh orang Yahudi. Ia keturunan Daud (I Sam 7:16 Ã Mat
1:1), Orang Yehuda (Kej 49:10 Ã Luk 1:32-33), Anak Allah (II Sam 7:14 Ã
Ibr 1:5), Raja Israel (Yes 9:5-6 Ã Luk 1:32-33) dan Penyelamat Israel
(Yer 23:6 Ã Mat 1:21). Semua spesifikasi Mesias Yahudi yang telah
dinubuatkan ada pada Anak yang lahir ini, yaitu Yesus Kristus,
Juruselamat dunia.
Dari sejak bayi, Yesus sudah terbiasa ke Bait Allah buatan Herodes,
orang tua-Nya – Yusuf dan Maria – merupakan orang Yahudi yang taat,
mereka setia beribadah di Bait Allah, dan mereka selalu membawa Yesus
bersama-sama ke Bait Allah untuk beribadah dan mempersembahkan korban.
Sejak kanak-kanak Tuhan Yesus senang berada di Bait Allah, yaitu untuk
beribadah kepada Bapa-Nya, merenungkan Firman Tuhan dan mendengarkan
pengajaran dari para imam-imam (Luk 2:42-49). Hingga dewasa dan
akhirnya Yesus memasuki masa pelayanan-Nya, Ia sering mengajarkan
tentang Firman Tuhan di Bait Allah, sampai akhirnya Ia menyatakan diri
sebagai Mesias dan Anak Allah-pun di Bait Allah ini, dan hal tersebut
merupakan pengakuan yang sangat menyakitkan bagi sebagian besar orang
Israel terutama para Imam Yahudi, mereka sangat menolak Yesus sebagai
Mesias. Penyebab penentangan orang Yahudi terhadap Yesus adalah karena
Yesus tidak datang menjadi raja orang Yahudi, tidak mendirikan kerajaan
Daud dan tidak melaksanakan Hukum Taurat secara harafiah. Dengan kata
lain Yesus tidak menjadi Mesias sesuai konsep Mesias orang Yahudi. Dan
mereka sangat menolak Yesus dan akhirnya membunuh-Nya di kayu salib.
Kehancuran Yerusalem dan Bait Allah Herodes
Penolakan orang Yahudi terhadap Yesus berakibat turunnya
penghukuman Allah atas Israel, tepat seperti yang Yesus katakan sebelum
kematian-Nya di kayu salib tentang kehancuran Bait Allah ke-2 / Bait
Allah Herodes, seperti tertulis di Mrk 13:2, Lalu Yesus berkata
kepadanya: “Kaulihat gedung-gedung yang hebat ini? Tidak satu batupun
akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semuanya akan
diruntuhkan.”
Orang-orang Yahudi yang tidak percaya kepada Yesus tentunya tidak
percaya akan nubuat Kristus perihal kehancuran Bait Allah Herodes.
Namun nubuat tetap nubuat, perkataan Yesus akhirnya tergenapi! Tahun
66, kaum Yahudi Zelot menyulut pemberontakan terhadap kekuasaan Romawi,
mereka berusaha membebaskan Yerusalem dari penjajahan Roma dan
membersihkan Bait Allah dari kenajisan yang dilakukan penjajah Romawi.
Perjuangan awal kaum Zelot ini sangat berhasil, baik dalam merebut Bait
Allah, menguasai kota Yerusalem dan tempat-tempat lain, hingga merebut
seluruh Yudea. Untuk sementara orang Yahudi dapat menguasai
tempat-tempat penting mereka dan kembali beribadah dengan benar di Bait
Allah. Namun Nero tidak membiarkan begitu saja kota Yerusalem lepas
dari pendudukan Romawi. Nero mengirimkan komandan terbaiknya Vespasian
beserta pasukannya untuk merebut kembali Yerusalem, namun oleh karena
gigihnya perlawanan orang-orang Zelot dalam mempertahankan Yerusalem,
sekalipun pasukan Roma berhasil merebut Yudea akan tetapi mereka gagal
dalam merebut kota Yerusalem. Tahun 69, Kaisar Nero wafat, membuat
Vespasian kembali ke Roma dan menggantikan Nero sebagai kaisar Roma
yang baru, sedangkan perjuangan di Yerusalem ia percayakan kepada
anaknya jenderal Titus. Dibawah kepemimpinan Titus, tentara Romawi
mengepung dari 4 penjuru kota Yerusalem sebagai cara untuk memutus
jalur keluar masuknya pasokan makanan dan persenjataan. Tidak ada
satupun orang Yahudi yang bisa keluar atau masuk kota Yerusalem, mereka
terisolasi untuk waktu yang cukup lama sehingga tidak sedikit penduduk
Yerusalem mati kelaparan, atau sebagian lagi melakukan kanibalisme
untuk bertahan hidup.
Puncak penge-pungan kota Yerusalem terjadi pada tahun 70, dimana
Titus beserta 4 garnisun sekaligus membelah tembok Yerusalem,
memasukinya, membunuh orang-orang di dalamnya dan membakar seisi kota.
Di dalam kekacauan tersebut, Titus meminta nasihat para komandannya
mengenai nasib Bait Allah Herodes, haruskah dibiarkan berdiri atau
dihancurkan seperti bangunan-bangunan lain di Yerusalem? Akhirnya Titus
memberikan perintah khusus agar Bait Allah Herodes tidak disentuh. Tapi
sayang, sebelum perintah sampai ke pasukannya, Bait Allah sudah
terbakar. Tepat seperti yang dinubuatkan Daniel. Pada waktu Bait Allah
terbakar, emas yang melapisi dinding Bait Allah meleleh dan mengalir di
sela-sela batu. Kemudian dalam usaha untuk mendapatkan emas, tentara
Romawi mencongkel tiap batu-batu dinding Bait Allah, sehingga dengan
tepat menggenapi nubuatan Yesus yang mengatakan bahwa “Tidak satu
batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semuanya akan
diruntuhkan.” (Mrk 13:2). Inilah kehancuran Bait Allah Herodes, Roma
telah menang, Yerusalem luluhlantak dan kembali jatuh ke tangan Roma.
Tahun berikutnya, Titus dengan bangganya membuat perarakan kemenangan
memasuki Roma di hadapan ayahnya, Vespasian. Dengan membawa sejumlah
tawanan, perbendaharaan Bait Allah seperti Menorah, meja roti sajian
dan gulungan kitab Taurat.
Reruntuhan Bait Allah Herodes / Bait Allah ke-II
Arch of Titus. Dibangun pada tahun 81
M di kota Roma untuk memperingati kemenangan Titus atas Yerusalem
tahun 70 M. Tampak pada relief perbendaharaan Bait Allah Herodes yang
dijarah oleh tetara Romawi dan dibawa ke Roma.
Israel terdiaspora (Diaspora ke II)
Untuk sementara keadaan Yerusalem tenang, hingga pada tahun 132-135
orang-orang Yahudi kembali melakukan perlawanan besar terhadap
penjajah Romawi (yang dikenal dengan perang Bar Kokhba revolt /
pemberontakan kedua Yahudi. Pemberontakan disebabkan oleh karena Kaisar
Hadrianus melakukan pembangunan kuil kafir bagi dewa Jupiter di atas
reruntuhan Bait Allah dan menjadikannya kota bernama “Aelia
Capitolina”. Dipimpin oleh Simon Bar Kokhba, setidaknya 300.000 orang
Yahudi dari seluruh Yudea mengangkat senjata melawan kekaisaran Roma.
Tidak mau terulang akan kekalahan pasukan Roma seperti waktu melawan
kaum Zelot dulu, Roma mengirimkan 12 legium pasukan berjumlah sekitar
100.000 orang untuk menghentikan pemberontakan ini. Sekalipun merupakan
perang yang alot, namun dengan kekuatan sebesar itu, pasukan Roma
akhirnya dapat menghentikan pemberontakan orang-orang Yahudi. Dampak
dari perang ini, setidaknya 580.000 orang Yahudi tewas, 50 kota luluh
lantak dan 985 desa dihancurkan. Dan untuk menghapus selamanya
ke-Yahudi-an di tanah Yudea/Israel, kekaisaran Roma mengganti nama
propinsi Yudea itu menjadi Palestina, sesuai nama daerah sekitarnya
yaitu Filistine.
Dengan keberhasilan Romawi kembali merebut Yerusalem dan seluruh
Yudea, mengakibatkan terseraknya orang-orang Israel yang masih hidup
hampir ke seluruh penjuru dunia (diaspora), mereka meninggalkan Israel
dan membentuk komunitas-komunitas Yahudi di seluruh Eropa, Afrika
Utara, dan Timur Tengah. Hanya sedikit saja yang tinggal di negeri
mereka sendiri (kebanyakan menetap di Galilea), sekalipun sedikit
keberadaan orang-orang Yahudi tetap ada di tanah Palestina.
Di setiap negara yang ditinggali, mereka tetap tidak mengalami
kedamaian, kehidupan mereka tidak menentu, senantiasa diliputi
ketakutan dan kecemasan, bahkan nyawa mereka pun terancam, persis
seperti yang telah Tuhan peringatkan di Ulangan 28:18-68, yaitu tentang
kutuk yang akan diterima jika mereka tidak setia kepada Tuhan. Tidak
berbeda dengan nasib yang terdiaspora, mereka yang tetap tinggal di
tanah Palestina (nama baru Yudea) mengalami penderitaan yang sama.
Sejak tahun 70 M, orang-orang Israel yang tertinggal mengalami
penindasan dari berbagai negara kuat, namun kerinduan mereka untuk
kembali membangun Bait Allah selalu mereka usahakan, seperti
usaha-usaha pada masa berikut ini :
• Kekaisaran Romawi (s.d. tahun 324)
Tahun 313, Kaisar Constantine “bertobat” dan memeluk agama Kristen,
kemudian ia memberi status resmi agama Kristen sebagai agama resmi
kekaisaran Romawi (tapi perlu diingat bahwa kekristenan yang dianut
Romawi ini bukanlah kekristenan sejati seperti yang Tuhan Yesus dan
rasul-rasul ajarkan, namun merupakan sinkretisme/ perpaduan antara
kekristenan dan penyembahan berhala Romawi), kekristenan Romawi ini
segera menjadi batu penjuru bagi kekristenan di Eropa. Hampir semua
kuil penyembahan berhala dan patung-patungnya dihancurkan lalu
digantikan oleh tempat-tempat penyembahan Kristen. Di Yerusalem, banyak
tempat kudus kekristenan dibangun untuk menghormati tempat-tempat
bersejarah kekristenan dan menjadikannya tempat ziarah bagi masyarakat
Romawi / Eropa.
Dengan menjadi Kristen-nya kekaisaran Romawi, ternyata berdampak
buruk bagi nasib bangsa Yahudi dan Bait Allah-nya. Para penganut
Kristen yang “fanatik” mulai melakukan anti-semitis, yaitu membenci
Yahudi, yang dianggap telah membunuh Yesus yang kini merupakan Tuhan
mereka.
• Kemaharajaan Romawi Kristen Bizantium (324-638)
Untuk mempermudah pengaturan kekuasaan Romawi yang semakin besar,
akhirnya kekaisaran Romawi dibagi dua menjadi kekaisaran Romawi Barat
dan kekaisaran Romawi Timur. Palestina berada di daerah kekaisaran
Romawi Timur, yang berpusat di Konstantinopel (sekarang Istambul,
Turki) dengan peradabannya disebut Bizantium.
Pada
tahun 363, sewaktu kaisar Julian menjadi kaisar Romawi Timur -- ia
merupakan kaisar yang berpihak kepada orang Yahudi dan membenci
kekristenan -- mengijinkan orang-orang Israel membangun kembali Bait
Allah yang telah hancur dengan dukungan penuh darinya termasuk dalam
penyediaan bahan baggunannya. Rencana pembangunan Bait Allah ini
tentunya mendapat perhatian khusus dari masyarakat Roma yang telah
menjadi Kristen, mereka melihat bahwa usaha pembangunan ini sebagai
penggenapan Dan 11:31 dimana seorang Antikris akan duduk di Bait Allah,
yaitu “kekejian yang membinasakan” (oleh sebab itu Julian dikenal /
disebut sebagai Julian the Apostate atau “Julian si murtad”, yaitu
julukan kepada Antikris). Disisi lain, yaitu bagi orang-orang Yahudi,
rencana Julian ini merupakan harapan kudus bagi datangnya Mesias dan
berdirinya kembali lagi Bait Allah mereka.
Sebagai kaisar, tentu tidak ada yang dapat menghentikan
keinginannya untuk mendirikan Bait Allah. Pembangunan pun dimulai,
orang-orang Yahudi yang masih tinggal di tanah Israel berkumpul,
menyiapkan batu-batu, memahat-nya dan memulai pekerjaan pembangunan
kembali Bait Allah. Namun sesuatu yang Ilahi terjadi, pada tanggal 20
Mei 363 yaitu pada saat para pekerja mulai membersihkan fondasi Bait
Allah dari reruntuhan, tiba-tiba terjadi gempa bumi (dikenal juga
dengan “Galilee Earthquake of 363”). Gempa bumi ini sangat besar
sehingga menghancurkan semua bebatuan yang telah dipersiapkan. Pupus
sudah harapan selama 200 tahun bagi orang-orang Yahudi untuk kembali
membangun kembali Bait Allah mereka, dan bagi orang Kristen Roma,
kejadian ini membuktikan kesalahan bangsa Yahudi terhadap Allah. Mulai
saat itu kebencian orang-orang Kristen Roma terhadap Yahudi semakin
besar lagi. Mereka membuat lebih banyak lagi tempat-tempat kudus dan
bangunan gereja di sekitar Bait Allah Yahudi, sedangkan diatas pondasi
Bait Allah itu sendiri sengaja mereka biarkan dan menjadikannya sebagai
tanah pembuangan, termasuk membuang kotoran hewan sebagai penghinaan,
sehingga salah satu nama pintu gerbang menuju bukit Bait Allah bernama
Dung Gate (atau pintu gerbang kotoran hewan, sebab “dung” berarti
kotoran hewan atau pupuk kandang).
• Periode Persia (614-629)
Pada tahun 614 kota Yerusalem yang dikuasai pasukan Bizantium
dikepung oleh pasukan Sassania dari Persia (sekarang Irak). Oleh karena
penindasan yang dilakukan Bizantium terhadap orang-orang Yahudi begitu
besar, maka orang-orang Yahudi Palestina bangkit dan bergabung dengan
pasukan Persia untuk melawan pendudukan Bizantium. Dalam waktu 21 hari
melawan pemberontakan dari dalam (oleh orang Yahudi) dan penyerangan
dari luar (oleh Persia) akhirnya membuat kekaisaran Roma Timur tersebut
kalah, dan Yerusalem kini dibawah kekuasaan Persia. Sekalipun
kekuasaannya sangat singkat, hanya sekitar 15 tahun, namun hampir semua
bangunan gereja dan biara yang telah dibangun oleh Bizantium
dimusnahkan.
Pada tahun 629 kekaisaran Roma kembali ke tanah Palestina dengan
kekuatan penuh untuk merebut kembali Yerusalem dari tangan Persia,
hingga mulai tahun itu hingga tahun 638 Yerusalem kembali dalam
kekuasaan Bizantium.
• Periode Islam (638-1099)
Dalam
menyebarkan agama Islam, orang-orang Arab (saat ini Arab Saudi)
bergerak ke Utara, hingga tahun 636 mereka sudah berhadapan dengan
militer Bizantium di wilayah Palestina, hingga akhirnya mereka terus
menekan dan mengalahkan kekaisaran Roma itu pada tahun 638. Yerusalem
kini dikuasai bangsa Arab pimpinan Kalifah Umar (pengganti kedua
Muhammad). Berbeda dengan masa Bizantium, Kalifah Umar sangat
menghormati orang-orang Yahudi dan Kristen (Kristen sejati, bukan
Kristen Roma Bizantium sebab mereka sudah kembali ke Eropa)
mengakibatkan tumbuhnya 3 agama sekaligus dalam satu kota. Kalifah umar
tidak menghancurkan dan mempersilakan bangunan-bangunan gereja
peninggalan Bizantium tetap berdiri namun menolak bersembahyang di
gereja sekalipun dipersilakan oleh tua-tua Yerusalem. Argumentasinya
adalah, “Jika saya sembahyang di gereja, itu akan menjadi kerugian bagi
kalian, sebab umat muslim akan merampasnya dengan alasan: Umar pernah
sembahyang di sini,” dan bagi orang-orang Yahudi, Umar mengizinkan
mereka tinggal di Barat Daya Bait Allah (saat ini dikenal dengan sebutan
Western Wall), membersihkan Bukit Bait Allah dan memberi kebebasan
untuk mereka berdoa di reruntuhan Bait Allah. Akhirnya ketiga agama ini
hidup berdampingan, karena memiliki kesadaran akan kesamaan-kesamaan
men-dasar, seperti: Sama-sama keturunan Abraham / Ibrahim dan sama-sama
mengakui Yesus, baik sebagai Mesias (Kristen) atau Nabi (Islam).
Berkembangnya ketiga agama tersebut lama-kelamaan menjadi akar
permasalahan yang sangat rumit bagi ketiga agama itu sendiri, sebab
banyak tempat yang sama diklaim sebagai tempat kudus agama yang
berbeda. Sebagai keturunan Ibrahim dan memelihara jejak-jejak Nabi
Muhammad di Bukit Bait Allah, maka Islam-pun mengerti akan kekudusan
Yerusalem sebagai tempat / titik penting dalam keagamaan mereka. Karena
itu, pada tahun 691-692, Abd al-Malik membangun apa yang sekarang kita
kenal sebagai Dome of the Rock / kubah batu sebagai monumen dan tempat
untuk “Batu Karang Kudus” yang berharga, tetapi itu berarti tempat itu
berdiri tepat di atas titik Ruang Maha Kudus Bait Allah Yahudi. Selain
itu, untuk mengimbangi bangunan-bangunan gereja peninggalan Bizantium,
mereka juga mendirikan sebuah masjid di Bukit Bait Allah di sebelah
kubah batu yang kita kenal sekarang sebagai masjid Al-Aqsa. Bagi orang
Yahudi, dibangunnya kubah batu tepat di atas titik ruang maha kudus
Bait Allah membuat patah harapan mereka yang tinggal di Yerusalem bagi
didirikannya kembali Bait Allah.
Tahun-tahun berikutnya, tetap silih-berganti kerajaan dan
bangsa-bangsa merebut Yerusalem, sehingga mustahil bagi orang Yahudi
untuk kembali mendirikan Bait Allah, seperti :
• Tentara perang salib Eropa (1099-1187)
• Kerajaan Mamluk (1250-1517)
• Turki Ottoman (1517-1918) dan
• Mandat Inggris (1918-1948).
Memasuki era sinagoga
Bagi mereka yang tinggal di negeri asing dan di tanah Palestina,
tahun-tahun penderitaan mereka diisi oleh pengharapan dan doa-doa untuk
pemulihan. Di negara manapun orang-orang Yahudi berada, mereka
menyediakan waktu untuk menghadap Yerusalem dan berdoa bagi pemulihan
Israel, berkumpulnya lagi bangsa Israel dan pembangunan kembali Bait
Allah. Dengan hancurnya Bait Allah kedua, dunia orang Yahudi kehilangan
pusatnya. Sebagai gantinya, dalam melaksanakan ibadah kepada Tuhan
orang-orang Yahudi mendirikan sinagoga-sinagoga di negara dimana mereka
tinggal.
Sinagoga, berasal dari bahasa Yunani synagogē memiliki berarti
“berkumpul bersama” atau eba yang berarti “jemaah” dalam bahasa Ibrani.
Pengertian awal sinagoga bukanlah sebuah bangunan / tempat ibadah,
melainkan sebuah “persekutuan” diantara kelompok kecil orang Yahudi
untuk membaca Taurat. Pada waktu masa pembuangan bangsa Israel ke Babel
abad ke-6 SM, sinagoga menjadi sangat penting, sebab dengan
ketidakadaan Bait Suci, dalam beribadah satu-satunya cara bagi
orang-orang Yahudi adalah beribadah di sinagoga. Mereka berkumpul,
berdoa, membaca kitab Taurat, melaksanakan hari-hari raya
kurban dan mengumpulkan persembahan bagi
pembangun-an Bait Suci kelak. Dengan terulangnya masa diaspora bangsa
Israel seperti pada masa Babel dulu, maka sinagoga dikembangkan kembali
sebagai pengganti Bait Allah untuk tempat beribadah kepada Tuhan. Di
negara manapun, dimana terdapat orang Yahudi, maka disitu pasti
didirikan sinagoga, tempat berkumpul untuk beribadah (Kis 13:14-15),
berdoa, bersekolah, belajar Kitab Suci (Kis 14:1), berdebat tentang
Taurat (Kis 17:17), menyelengarakan pengadilan, dan mengumpulkan
persembahan secara khusus bagi didirikannya kembali Bait Allah di
Yerusalem. Di setiap sinagoga terdapat gulungan-gulungan Taurat yang
jika sedang tidak digunakan disimpan di sebuah tabut yang menghadap ke
Yerusalem.
Mengapa Bait Allah tidak bisa dibangun
Berulang-ulang kali bangsa Israel mencoba untuk membangun Bait
Allah-nya yang telah hancur pada tahun 70 M. Namun berulang-ulang kali
juga mereka gagal. Kegagalan terjadi baik akibat penjajahan sampai
terjadinya bencana alam. Mengapa Rumah Tuhan tersebut tidak dapat di
bangun kembali ?
Penjajahan dan kehancuran Bait Allah yang terjadi adalah akibat
dari kesalahan yang dilakukan bangsa Israel sendiri yang berubah setia
terhadap Allah. Setiap bangsa yang datang menguasai Israel adalah atas
seizin Tuhan sendiri sebagai penghukuman terhadap dosa Israel (II Taw
6:36). Awal kejatuhan Israel yang terutama adalah pada saat Raja Salomo
melakukan dosa dengan mengambil istri-istri dari bangsa-bangsa kafir
yang menyebabkan Salomo menyembah allah lain sembahan istri-istri
tersebut. Tuhan tidak langsung menghukum kerajaan Israel pimpinan
Salomo karena Tuhan menghormati Daud, ayah Salomo. Namun setelah Salomo
mati, pada tahun 930 SM kerajaan Israel terpecah dua menjadi Kerajaan
Selatan/ Yehuda/ Yerusalem dan Kerajaan Utara/ Israel/ Samaria.
Terpecahnya Israel menjadi dua juga adalah merupakan penghukuman dari
Tuhan (I Raja 11:29-39; 12:15), namun mereka tidak juga sadar dan
menambah dosa mereka terhadap Tuhan. Dua kesalahan utama Israel dan
Yerusalem terhadap Tuhan adalah :
• Berubah setia dari Allah kepada penyembahan berhala (II Taw 7:19-20)
• Melalaikan Sabat (II Taw 36:21). Tuhan memerintahkan
kepada bangsa Israel untuk tidak mengusahakan tanah mereka selama 1
tahun setiap 7 tahun sekali (Im 25:1-7). Selama masa Sabat itu orang
Israel tidak boleh bercocok tanam maupun mengusahakan tanah
(membiarkannya tandus) sebagai tahun perhentian / Sabat bagi Tuhan.
Akan tetapi mereka melanggar kedua perintah Tuhan yang penting itu.
Oleh sebab itu Tuhan menjatuhkan penghukuman atas mereka dan membuat
bangsa Israel “tandus” dan terdiaspora.
• Diaspora kerajaan Utara (Israel). Kerajaan Utara lebih
dulu terdiaspora yaitu pada tahun 722 SM oleh kerajaan Asyur (II Raja
17:6-7). Raja Asyur mengadakan pembuangan besar-besaran terhadap
penduduk Israel dan menempatkan mereka di daerah Asyur di kota Halah
(kini sekitar Suriah dan Irak).
• Diaspora kerajaan Selatan (Yehuda). Kerajaan Selatan
terdiaspora tahun 586 SM oleh kerajaan Babel. Bukan hanya itu,
Nebuzaradan, utusan Nebukadnezar raja Babel membakar Bait Allah dan
seluruh bangunan di Yerusalem (II Raja 25:8-17). Sedangkan penduduknya
di tawan ke Hamat (Suriah) dan tempat-tempat lain yang tidak diketahui
nama modernnya seperti Tel Abib, Tel Hasra, S. Keber, S. Ahawa, Kerub,
dll.
Itulah penghukuman yang harus di jalani oleh
Israel dan Yerusalem oleh karena mengabaikan Tuhan dan melupakan Sabat,
dan penghukuman itu adalah selama 430 tahun. Selama itulah orang
Israel akan terdiaspora, dan tanah Israel menjadi tandus (sesuai
tahun-tahun Sabat yang mereka lalaikan).
430 Tahun Israel menjadi tandus
Darimana
angka 430 didapat? Yeh 4:5-6, Beginilah Aku tentukan bagimu: “Berapa
tahun hukuman kaum Israel, sekian harilah engkau menanggung hukuman
mereka, yaitu tiga ratus sembilan puluh hari. Kalau engkau sudah
mengakhiri waktu ini, berbaringlah engkau untuk kedua kalinya, tetapi
pada sisi kananmu dan tanggunglah hukuman kaum Yehuda empat puluh hari
lamanya; Aku menentukan bagimu satu hari untuk satu tahun.” Yehezkiel
ditugaskan untuk berbaring sebagai perlambang jumlah tahun Israel dan
Yehuda berbuat dosa. Tiga ratus sembilan puluh tahun (1 hari Yehezkiel
=1 tahun bagi Tuhan) ini tampaknya mencakup masa kerajaan Salomo hingga
jatuhnya Yerusalem, sedangkan empat puluh tahun tambahan yang dikenakan
kepada Yehuda mungkin mewakili masa pemerintahan Manasye yang amat
jahat, yang mempengaruhi Yehuda selama sisa sejarahnya (II Raja
21:11-15). Karena dua kerajaan ini adalah merupakan satu bangsa yaitu
Israel, jadi total penghukuman yang bangsa Israel harus jalani adalah
430 tahun (penjumlahan dari 390 dan 40). Selama itulah seharusnya
bangsa Israel akan tercerai-berai dan tanahnya menjadi tandus.
Oleh karena melalaikan Sabat – yaitu orang Israel tidak membuat
tandus tanahnya namun tetap mengusahakan tanahnya dengan serakah pada
waktu-waktu Sabat – maka penghukuman yang Tuhan berikan adalah
menanduskan tanah Israel. Tidak ada yang bisa mengusahakan tanah Israel
selama waktu penghukuman itu, jangankan mengusahakan-nya untuk
menginjakkan kaki ke tanah air mereka sendiri saja tidak bisa sebab
mereka tercerai-berai ke negeri-negeri asing. Oleh karena “ketandusan”
ini pula maka bangsa Israel tidak bisa mendirikan Bait Allah-nya. Tanah
mereka total tidak dapat diusahakan dan beristirahat sebagai ganti
tahun-tahun sabat yang dilewati oleh bangsa Israel (Im 26:34-35).
Janji pengampunan
Yeremia 29:10-14: Sebab beginilah firman TUHAN: “Apabila telah
genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku
akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke
tempat ini... Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa
kepada-Ku, ... Aku akan memulihkan keadaanmu dan akan mengumpulkan kamu
dari antara segala bangsa dan dari segala tempat ke mana kamu telah
Kuceraiberaikan, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan mengembali-kan
kamu ke tempat yang dari mana Aku telah membuang kamu.” (lihat juga Yer
25:11-12) Sekalipun penghukuman sudah di jatuhkan, tetapi Tuhan masih
memberikan kesempatan bagi bangsa Israel untuk bertobat, Tuhan bermurah
hati dengan menawarkan pengampunan bagi bangsa Israel jika mereka mau
bertobat dan kembali kepada-Nya. Selama 70 tahun saja mereka harus
menanggung penghukuman dan dapat kembali ke negeri asal mereka, dan
Tuhan akan menghapuskan sisa masa hukuman yang 360 tahun (430 dikurangi
70). Beberapa orang menanggapi tawaran Tuhan itu, dan mereka bertobat
sehingga orang-orang kembali ke Israel seperti kitab Ezra 1-2 mencatat,
bahwa pada tahun 536. Pada tahun itulah rombongan pertama kembali ke
Israel di bawah pimpinan Zerubabel (ayat Ezr 1:2; 3:8; Hag 1:1,14 dan
Za 4:9). Sekitar 50.000 orang kembali dan mulai membangun kembali Bait
Suci Salomo yang telah hancur.
Tujuh kali lipat
Seperti julukannya sebagai bangsa yang tegar tengkuk, ternyata
sekalipun Tuhan memberikan tawaran pengampunan dan janji pemulangan
atas mereka yang terdiaspora, akan tetapi sebagian besar bangsa Israel
tidak mau kembali ke tanah air mereka. Hanya sebagian kecil saja yang
mau kembali (Ezr 1:5) dan beribadah kepada Tuhan, itupun hanya
orang-orang yang miskin saja, sedangkan sebagian besar dari mereka
tidak mau bertobat dan lebih memilih hidup di tempat mereka tinggal
saat itu. Mereka yang tinggal adalah orang-orang yang telah berhasil
dan menjadi kaya di pembuangan, sekalipun sebagai penyokong dana untuk
pembangunan Bait Allah, mereka lebih memilih tetap tinggal dari pada
harus kembali ke Israel yang tidak jelas dimana mereka harus tinggal
selanjutnya. Oleh sebab itu Tuhan kembali murka kepada orang-orang
pilihannya ini dan bukannya penghapusan penghukuman yang Tuhan berikan
tetapi membuat sisa hukuman menjadi 7X lipat, seperti hukum Tuhan yang
diberikan kepada bangsa Israel melalui Musa dalam Imamat 26:18,21 :
“Dan jikalau kamu dalam keadaan yang demikianpun tidak mendengarkan
Daku, maka Aku akan lebih keras menghajar kamu sampai tujuh kali lipat
karena dosamu, Jikalau hidupmu tetap bertentangan dengan Daku dan kamu
tidak mau mendengarkan Daku, maka Aku akan makin menambah hukuman
atasmu sampai tujuh kali lipat setimpal dengan dosamu.”
Jadi, karena bangsa Israel tidak mau bertobat, sisa hukuman 360
tahun yang seharusnya dihapuskan, malah Tuhan jadikan tujuh kali lipat!
Yaitu menjadi 2.520 tahun (360 x 7). Selama itulah Israel akan kembali
tandus dan orang Israel tidak akan bisa membangun Bait Allah-nya.
TIDAK AKAN PERNAH BISA! kecuali sampai masa penghukuman itu berakhir.
Ingat pada waktu kaisar Julian mendukung penuh pembangunan Bait Allah
pada tahun 363 M, sekalipun segala bahan telah siap untuk memulai
pembangunan Bait Allah, namun Tuhan mendatangkan gempa yang luar biasa
besar sehingga terhentilah pembangunannya.
Kapan penghukuman itu akan berakhir?
Kita akan menghitung sekarang... Tapi, karena 2.520 tahun hukuman
yang Tuhan berikan adalah tahun Yahudi maka kita akan ubah dahulu tahun
yang digunakan menjadi tahun Masehi/Julian seperti yang digunakan
penanggalan secara Internasional :
- 1 tahun Yahudi = 360 hari (berdasarkan 12x perputaran bulan terhadap bumi).
- 2.520 tahun = 907.200 hari Yahudi
- 1 tahun Masehi/Julian = 365,25 hari (berdasarkan 1x perputaran bumi terhadap matahari)
- 907.200 / 365,25 = 2.483,7 tahun Masehi.
Jadi masa penghukuman / diaspora yang harus dijalani bangsa Israel
adalah 2.483,7 tahun Masehi. Itu berarti dari gelombang pertama
kembalinya bangsa Israel yang sudah menjalani 70 tahun pembuangan
pimpinan Zerubabel tahun 536 akan berakhir pada tahun 1948... Yang di
dapat dari 2.483 - 536 + 1 = 1948. Ditambah 1 karena peralihan antara
tahun 1 sebelum Masehi ke tahun 1 Masehi tidak terdapat tahun 0, akan
tetapi ada celah satu tahun, sehingga perhitungan-perhitungan tahun
yang melewati peralihan SM dan M harus ditambah 1 tahun. Sehingga kita
dapatkan bahwa masa berakhirnya penghukuman Israel adalah tahun 1948,
tepat seperti tahun kemerdekaan bangsa itu. Itu berarti tanah Israel
akan kembali “subur” dan siap untuk ditaburi, ditanami, diusahakan dan
dibangunnya kembali Bait Allah mereka.
Pohon Ara bertunas,
akhir zaman sudah diambang pintu
Tahun berganti tahun, masa berganti masa, dan lebih dari 2.520
tahun sudah bangsa Israel terhukum, tandus dan terdiaspora, mereka
tinggal di bangsa-bangsa sebagai pendatang tanpa pernah bisa kembali ke
tanah air mereka di Israel. Demikian juga dengan Bait Allah mereka,
lebih dari 1.900 tahun sudah bangunan Bait Allah telah menjadi
reruntuhan tanpa bisa dibangun kembali. Bagaimana bisa dibangun, jika
mereka masih tinggal terpencar-pencar di antara bangsa-bangsa yang
berjauhan jaraknya.
Namun
akhirnya penghukuman pun berakhir. Pada tanggal 14 Mei 1948 Israel
merdeka, dalam Mat 24:32 Tuhan Yesus berkata: “Tariklah pelajaran dari
perumpamaan tentang pohon ara: Apabila ranting-rantingnya melembut dan
mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat.” Perkataan
ini adalah nubuat Tuhan Yesus tentang pemulihan Israel di suatu waktu.
Dengan dikatakan-Nya “... Rantingnya melembut dan mulai bertunas...”
membuktikan bahwa Israel yang mengalami tanah “tandus” mulai
dipulihkan, masa penghukuman Israel telah selesai. Israel subur kembali
dan siap menjalani hidup sebagai bangsa. (Lih. Art. “Pemulihan Israel,
tanda spesifik akhir zaman pertama” di Buletin Doa edisi 130/Agustus
2009).
Bagaimana kelanjutan usaha mereka untuk mendirikan Bait Allah ke-3,
bagaimana persiapan orang-orang Israel dalam usaha mendirikan Bait
Allah-nya kembali, apa hubungan pembangunan Bait Allah ke-3 dengan kita
Gereja-Nya, dan mengapa pembangunan tersebut sebagai tanda akhir
zaman? (Vs.)
Pustaka :
- Donald C. Stamps M.A., M.Div., “The Full Life Study Bible”; Life Publishers
International.
- Garry M. Burge, “Whose Land, Whose Promise?”; Pilgrim Press.
- Thomas Ice & Randall Price, “Pembangunan kembali Bait Allah”.
- Trias Kuncahyono, “Jerusalem - Kesucian, Konflik dan Pengadilan Akhir”; Kompas.
- Peter Wongso, Dr., “Hermeneutika Eskatologi”, SAAT.
- Sami Awwad, “The Holy Land in Color, One Land -Tree Religions”; Golden Printing
Press Jerusalem.
- Wikipedia.org
Diambil dari Buletin Doa